Home / Jurnalisme Warga / Anak-anak Penjual Garam di Amed

Anak-anak Penjual Garam di Amed

Tahun demi tahun perkembangan pariwisata di Amed, Desa Purwakerthi, Kecamatan Abang semakin pesat. Laju pertumbuhan ekonomi masyarakat semakin meningkat. Banyak wisatawan luar negeri maupun dalam negeri datang mengunjungi Amed.

Ada yang hanya tinggal beberapa hari, ada yang liburan berbulan- bulan dan bahkan ada yang membangun villa. Deretan hotel,homestay dan villa memenuhi kawasan Amed dan sekitarnya.

Banyak hiburan yang ditawarkan dari tempat wisata Amed. Diving, snorkling, pijat rileksasi, tour dan live music. Desa Amed yang dulunya hanya tanah gersang dan kering sekarang menjadi tempat berlibur yang semakin terkenal. Banyak investor asing membeli tanah dan membangun rumah pribadi bahkan ada yang membuat vila untuk disewakan.

Bulan Juli – Agustus adalah high season yang mendatangkan banyak rejeki untuk pemilik akomodasi dan guide untuk mengais rejeki dari para wisatawan. Bukan hanya para pemilik akomodasi yang merasa diuntungkan tapi beberapa anak kecil yang masih duduk di bangku sekolah dasar yang berebutan mencari rejeki.

“Jika memasuki bulan Juli- Agustus tiang sama timpal-timpal selalu di pantai ini ngadep uyah,” kata Iluh Elsa

Iluh Elsa adalah satu dari anak-anak di Amed yang berjualan garam. Garam dibungkus ingka atau anyaman yang dihiasi manik-manik. Biasanya pulang sekolah mereka menunggu para wisatawan yang berjalan – jalan di pantai. Lalu mereka berebut menghampiri dan menawarkan garam yang mereka bawa. Kadang jika nasib baik mereka bisa mendapatkan uang 50- 100 ribu per hari . Harga yang mereka tawarkan ke bule- bule cukup mahal yaitu 1 garam seharga 50 ribu. “Tapi kadang-kadang ada tamu menawar, jadi jualnya 30 ribu 1 garam,” kata Elsa

Tidak hanya membawa garam, Elsa juga membawa buku kecil lalu meminta alamat email bule – bule yang sudah membeli garamnya. Elsa dan teman – temannya rutin berjualan setiap pulang sekolah. Uang yang mereka dapatkan digunakan untuk uang saku dan Elsa berikan untuk ibunya. Ayah dan ibunya bercerai saat dia masih bayi. Elsa tinggal di rumah neneknya bersama kakek dan ibunya. Meskipun terik matahari yang menyengat kulitnya dan masih sangat kecil , semangat Elsa untuk membantu meringankan beban ibunya sangat luar biasa.

Tulisan Oleh : Ni Wayan Mertayani

Komentar

Komentar

x

Check Also

Sosialisasi PAIR di Hutan Desa Dukuh

Hutan Desa Dukuh adalah hutan lindung seluas 455 ha yang kini dikelola oleh Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Anugrah Wisesa dalam skema Perhutanan Sosial, dengan dampingan dari Conservation International (CI) Indonesia. Hutan ini terletak di Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, Bali. Dengan curah hujan 500 – 1000 mm per tahun, wilayah ...

Powered by Dragonballsuper Youtube Download animeshow