Home / Bali / Curah Hujan Tinggi, Tanaman Gebang Rata dengan Pasir

Curah Hujan Tinggi, Tanaman Gebang Rata dengan Pasir

Akibat tingginya curah hujan kemarin siang membuat petani gebang pusing.

Kenapa demikian? Tanaman Gebang yang mereka tanam tahun 2017 dengan susah payah kini rata dengan material pasir. Hal ini disebabkan karena guyuran air hujan yang cukup deras sehingga menghanyutkan hampir 60% tanaman gebang milik Kelompok Darma Kerti, di Banjar Dinas Bahel, Desa Dukuh, Kecamatan Kubu Karangasem, Rabu (5/2/2019).

 

Tanaman Gebang yang dikembangkan Conservation International Indonesia wilayah Bali (CII Bali) bekerjasama dengan kelompok Tani Darma Kerti sebenarnya akan siap panen.

Menurut penuturan Ketua Kelompok Darma Kerti, Nyoman Darma, rencana tanaman gebang tersebut rencananya akan dipanen dalam beberapa bulan kedepan. “Tiang tidak nyangka tanaman gebang yang kami tanam rata dengan pasir,”ucap Nyoman Darma seraya memandangi tanaman gebangnya.

“Sebelumnya memang terjadi hujan cukup deras, tanaman gebang yang kami tanam memang berada dekat dengan sungai. Tetapi lokasinya cukup tinggi kira-kira 50 cm. Tiang tidak menduga, bahwa aliran air hujan sampai melebar ke tanaman gebang,”sambungnya.

Nyoman Darma juga mengatakan bahwa sebelumnya tempat yang dipakai lahan menanam gebang belum pernah dialiri aliran air pada saat musim hujan. Sebab sudah ada aliran air di sebelah timur yang sering dilalui air bah setiap musin hujan.

Tapi begitulah bencana, kita tidak bisa menafsirkannya. Kapan akan terjadi kita tidak bisa menduganya. Meskipun sudah mengantisipasi dampaknya.

Luas lahan tanaman gebang ini adalah 2 hektar yang dikelola secara kelompok dengan jumlah anggota kelompok 28 orang. Berada di lahan milik I Nengah Parianta dengan pembebasan lahan sukarela untuk kelompok. Akibat hanyut dan rusaknya tanaman gebang ini ditaksir kerugian mencapai puluhan juta rupiah.

Tanaman Gebang yang dikembangkan oleh Kelompok Tani Darma Kerti ini merupakan salah satu bahan yang digunakan untuk pembuatan rambut rangda serta hiasan penjor yang dikirim sampai ke Denpasar.

Disamping itu, tanaman gebang ini juga mempunyai nilai jual cukup tinggi untuk menghasilkan rupiah. Sebab dapat meningkatkan perekonomian warga setempat. Tidak hanya itu, tanaman gebang juga sering diperkenalkan dalam ajang kegiatan Festival di Tulamben beberapa tahun lalu.

Untuk satu buah bibit Gebang dengan kualitas bagus yang akan ditanam bisa mencapai Rp 5000 per bibit baru. Tanaman Gebang ini juga tidak membutuhkan perawatan yang khusus karena bisa tumbuh di daerah yang kering artinya tidak membutuhkan cukup air. Tanaman gebang yang tumbuh besar, akan membutuhkan waktu kurang lebih dua atau tiga tahun untuk siap panen. Setelah panen pertama tanaman gebang akan bisa dipanen kembali setahun dua kali ataupun setahun sekali.

Sementara itu, dilokasi yang sama, Adi Mahardika selaku project officer program Reforestasi Bentang Alam Gunung Agung CI Indonesia, tampak terlihat mondar-mandir. Sesekali menghela nafas melihat tanaman gebang yang dikelola oleh kelompok Tani Darma Kerti rata dengan tanah saat mengecek lokasi tanaman Gebang siang tadi.

“Memang benar, laporan dari Pak Nyoman Darma kemarin sore. Beliau menghubungi kami via telepon, bahwa tanaman gebangnya rata dengan material pasir dan beberapa lokasi hanyut akibat tingginya curah hujan kemarin siang,”ujarnya

Beliau juga tetap mendorong warga Kelompok Darma Kerti untuk konsisten menanam gebang. “Mungkin nanti tetap dikembangkan dengan lokasi berada dilahan yang lebih tinggi,”sambungnya.

 

Penulis : Made Selamat (Pewarta Warga Tulamben)

Komentar

Komentar

x

Check Also

(English) Ocean20: A New Self-Funded Marine Resource Management Framework

Halaman tidak ditemukan. For the sake of viewer convenience, the content is shown below in the alternative language. You may click the link to switch the active language. Initiative launched at O20 summit with up to USD $1.5 million funding commitment from Green Climate Fund to develop Blue Halo S ...

Powered by Dragonballsuper Youtube Download animeshow