Home / Bali / Dari Pemburu jadi Pelindung Penyu

Dari Pemburu jadi Pelindung Penyu

Sekitar 1970an, Kelompok Ramayana di Perancak gemar memburu puluhan ribu penyu hingga ke Alas Purwo, Jawa Timur.  Kini penerusnya yang menamai diri Kelompok Pelestari Penyu Kurma Asih melakukan hal sebaliknya. Mencoba melestarikan penyu bagi generasi masa depan.

Tempat penetasan telur penyu

Tempat penetasan telur penyu milik Kelompok Pelestari Penyu Kurma Asih

“Ibarat menebus dosa masa lalu. Dulu ayah saya seorang pemburu penyu,” ungkap I Wayan Anom Astika Jaya, Bidang Konservasi Kelompok Pelestari Penyu Kurma Asih, Dusun Mekarsari, Desa Perancak, Kabupaten Jembrana, Bali.

Sekitar 95% penduduk Desa Perancak memang menggantungkan kehidupannya dari laut. Hal ini membuat sebuah kelompok nelayan bernama Ramayana berjaya pada zamannya. “Pada tahun 1970an, hasil tangkapan penyu yang didapat kelompok ini cukup banyak. Mulai dari Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea), Sisik (Eretmochelys imbricate) dan Hijau (Chelonia mydas). Hal ini pun terjadi terus-menerus, bahkan kelompok ini memilik kandang penyu sendiri,” cerita I Wayan Anom Astika Jaya.

Ayah Anom, I Wayan Tirta menjadi jengah. Tirta yang kini menjadi Ketua Kelompok Pelestari Penyu Kurma Asih bersama anggota Kelompok Ramayana yang lain mulai memutar otak. Terlebih lagi setelah semakin berkurangnya jumlah populasi penyu dan Bali yang menjadi sorotan internasional terkait pemburuan penyu. Berdasarkan data Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA), pada tahun 1969 sampai 1999, kebutuhan penyu di Bali khususnya penyu hijau mencapai 19,628 ekor hingga 30,121 ekor per tahun. Kedatangan World Wildlife Fund (WWF) menjadi angin segar bagi pelestarian penyu di Desa Perancak. “Tahun 1996, WWF datang untuk melihat dan meninjau kawasan habitat penyu di pantai daerah Perancak,” lanjut Astika Jaya.

I Wayan Anom Astika Jaya, Bidang Konservasi Kelompok Kurma Asih

I Wayan Anom Astika Jaya, Bidang Konservasi Kelompok Kurma Asih

Hal serupa diungkapkan oleh I Komang Gunawan. “WWF membantu dan mengajarkan kami tentang konservasi. Dulu ayah saya juga seorang pemburu penyu,” ucap pria yang dipercaya sebagai Sekretaris Kelompok Pelestari Penyu Kurma Asih ini.

Setahun kemudian, seekor penyu lekang (Lepidochelys olivacea) mendarat untuk bertelur di areal Pantai Perancak. Ditemukannya empat sarang penyu dengan jumlah telur sebanyak 398 butir mulai menjadikan kawasan ini kembali populer bagi penyu untuk bertelur.

Tahun 1997 menjadi awal penebusan dosa I Wayan Tirta dan teman-temannya. Melalui pendampingan dari WWF, Kelompok Pelestari Penyu Kurma Asih terbentuk. Secara resmi kelompok ini berdiri pada 11 Juni 1997 dan menjadi satu-satunya kelompok yang bergerak di bidang pelestarian penyu dari 260 kelompok pelaku utama perikanan di Kabupaten Jembrana.

Nama “Kurma Asih” yang berasal dari bahasa Sansekerta dipilih jadi nama kelompok ini. ‘Kurma‘ berarti penyu dan ‘Asih‘ berarti sayang. Kawasan pelestarian penyu ini kini menempati areal seluas 22 are di daerah pesisir Pantai Perancak. Tanah tersebut merupakan hibah dari Gubernur Bali pada tahun 2000.

“Dulu memang sangat sederhana sekali. Hanya menggunakan daun kelapa sebagai atap dan terpal berisi air asin tempat penyu kecil ditempatkan sementara sebelum dilepas,” ungkap Gunawan sambil menunjukkan kolam-kolam penyu yang kini sudah dibuat permanen dari semen.

Peningkatan jumlah penetasan telur penyu semi alami dari tahun 1997 hingga 2013 pun terjadi. Jumlah sarang yang awalnya hanya 4 sarang, pada tahun 1997 meningkat menjadi lebih dari 100 kali lipat di tahun 2010 yang mencapai 455 sarang dengan 36,400 butir telur penyu. Jenis penyu yang menetaskan telur di tempat ini beragam mulai dari Penyu lekang (Lepidochelys olivacea), penyu sisik (Eretmochelys imbricata) dan penyu belimbing (Dermochelys coriacea). Penyu lekang (Lepidochelys olivacea) menjadi jenis penyu yang dominan bertelur di sana.

Hingga tahun 2013 jumlah tukik yang dilepas adalah sebanyak 182,769 butir dari 190,184 butir telur yang menetas. Bulan April hingga September biasanya menjadi musim bagi para penyu yang singgah ke wilayah pesisir Perancak untuk bertelur.

Kondisi pesisir Perancak yang berpasir hitam membuat penyu-penyu siap menetaskan calon tukik mereka. Hal ini membuat Gunawan dan kelompoknya berjaga saat musim-musim ini. “ Kami selalu melakukan monitoring saat musim penyu bertelur,” kata pria yang akrab disapa Sinyo ini.

Beranggotakan 15 orang, kelompok swadaya masyarakat ini tidak merasa kecil. “Kami merasa besar karena banyak pihak yang mendukung. Sekalipun mereka tidak langsung terlibat. Namun dukungan secara moril sangat berarti,” ujar Anom.

Pria berusia 48 tahun ini menyebutkan kelompok nelayan bernama Mina Benteng Perkasa yang ada di daerah Perancak juga turut memiliki keprihatinan dan kepedulian yang besar terhadap konservasi sumber daya alam yang ada.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar menjadi acuan kelompok ini bekerja.

Kurma Asih menyambut baik rencana pembentukan KKP Kabupaten Jembrana, khususnya di Desa Perancak, termasuk di areal yang mereka kelola. “Program yang sangat brilian. Seyogyanya masyarakat dilibatkan karena masyarakat yang akan menjadi pemeran utama. Hal ini memperkuat posisi dalam bentuk perlindungan. Sebenarnya Kurma Asih sudah memulainya. KKP akan menjadi sebuah pemerkuat konservasi,” jelas Anom.

Pencadangan KKP ke depannya akan membawa angin segar bagi para penyu untuk singgah bertelur di Perancak. Tukik-tukik akan siap menetas tanpa dibayangi rasa takut. Penebusan dosa yang dilakukan I Wayan Tirta bersama penerus dan kelompoknya memberikan harapan bagi generasi mendatang, melihat tukik besar menjadi penyu dan kembali ke Perancak untuk menetaskan generasi mereka.

Komentar

Komentar

x

Check Also

(English) Ocean20: A New Self-Funded Marine Resource Management Framework

Halaman tidak ditemukan. For the sake of viewer convenience, the content is shown below in the alternative language. You may click the link to switch the active language. Initiative launched at O20 summit with up to USD $1.5 million funding commitment from Green Climate Fund to develop Blue Halo S ...

Powered by Dragonballsuper Youtube Download animeshow