Saya Zulkifli Fatah pemuda Desa Maregam Kepulauan Tidore Maluku Utara, kali ini saya mendapat kesempatan berkunjung ke Pulau Bali untuk belajar pengelolaan pariwisata dan beruntungnya lagi saya lolos mengikuti seleksi kegiatan Live in YCI yang diselenggarakan oleh Conservation International Indonesia.
Senin, 8 Juli 2019 pukul 07.30 wita kami berkumpul dan berangkat dari kantor CII dimulai dengan berdoa agar perjalanan kami selalu di lindungi. Kali ini kami menuju Desa Dukuh Kab. Karangasam Bali Timur dengan mengunakan Bus, perjalanan yang kami tempuh kurang lebih 2-3 jam, jumlah peserta sebanyak 12 orang dari berbagai lembaga dan daerah.

Diskusi bersama ibu Nyoman Lendri
Setibanya di Desa Dukuh kami di sambut oleh beberpa warga desa dengan senyuman yang hangat, para peserta di ajak ke tempat kemping untuk mendapatkan arahan dari panitia pelaksana kegiatan nyegara gunug sekaligus di perkenalkan oleh warga sekitar. Setelah mendapatkan arahan dan di perkenalkan oleh warga, seluruh peserta telah di bentuk dan di bagi kelompoknya oleh panitia kegiatan jumlah kelompok 4 grup dan saya sendiri mendapatkan grup ke 4 dengan jumlah 3 orang dan 1 pendamping. Kelompok saya mengikuti Ibu Nyoman Lendri menuju rumah dengan berjalan kaki, kami di perkenalkan dengan suami Ibu Nyoman bernama Negah Harta, Ibu Nyoman menceritakan tentang keluarga dan aktifitas sehari harinya. Ibu Nyoman bekerja pembuat gula merah, ketupat dan petani di Desa Dukuh kerjan tersebut merupakan pekerjaan utama, kerjaan sampingan Ibu Nyoman adalah pengrajin rambut barong di selah kesibukan Ibu Nyoman beliau membantu suami untuk mengurus ternak untuk menghidupkan ekomoni keluarga.

Ibu Nyoman Lendri membuat gula merah
Lintas dari obrolan Ibu Nyoman kami mencoba bertanya tentang sumber mata air untuk mencukupi masyarkat di Desa Dukuh mengingat Desa Dukuh berada di bawa lereng Gunung Agung, ternyata warga sekitar mengharapkan air hujan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari dan di kala musim kemarau tiba warga sekitar harus membeli air tank dengan harga 130.000 per tank, isu air merupakan paling koplek di Desa Dukuh, warga berharap ada solusi untuk memenuhi kebutuhan air di Desa, Pemerintah telah membuat penampung air berupa embung namun tidak semua warga bisa mendapatkan air karna jumlah kapasitas penampung air belum cukup memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat Desa Dukuh. Meskipun masyarakat Desa Dukuh kesulitan air masyarkat tetap semangat untuk menjalankan kehidupan ditengah keterbatasan air.

Embung penampung air Desa Dukuh
Kegiatanpun terus saya ikuti, kali ini saya menuju ke puncak untuk melihat program penghijaun penanaman pohon mengingatt di Desa Dukuh sangat gersang dan kami pun ikut untuk megisi botol irigasi tetes agar tanaman tetap mendapatkan suplai air, cara ini merupakan salah satu temuan yang sederhana dan memberikan solusi.

Pengisian botol irigasi tetes
Desa Dukuh memiliki kerajinan yang di kelolah oleh warga sekitar dengan bertujuan untuk meningkatkan ekonomi masyarkat, bahan yang paling berpengaruh adalah pohon lontar di mana semua bagian di gunakan masyarkat, baik itu daun sebagai tempat gula merah, ketupat, penghasil tuak, arak, gula merah dan buahnya dikonsumsi atau untuk pakan ternak.

Seorang warga memanjat pohon lontar
Di balik keterbatasan ekonomi masyarakat Desa Dukuh, Masyarakat mencoba bangkit dengan memanfatkan sumberdaya alam yang berada di Desa, produk olahan tersebut nantinya dapat memberian pemasukan, produk yang di hasilkan berupa kerajinan, sepeti rambut barong, gula merah, arak, tuak dan ketupat.

Rambut barong dari bahan gembrang

Hasil olahan gula merah

Ketupat hasil buah tangan Ibu Nyoman