Gunung dan Hutan adalah Kita. Apa yang terbesit dalam pikiranmu ketika membaca kalimat tersebut? Gunung dan hutan menjadi eksosistem yang saling terkait satu sama lain, rumah bagi keanekaragaman hayati flora dan fauna. Manusia pun bergantung pada ekosistem ini. Seperti halnya Desa Dukuh yang berlokasi di kaki Gunung Agung dan berbatasan dengan hutan lindung.
Desa Dukuh dan Tulamben adalah 2 desa yang diapit oleh gunung dan laut, sangat cocok dengan filosofi masyarakat Bali “Nyegara Gunung”. Dukuh berada di hulu Tulamben dekat Gunung Agung dengan kegersangannya di musim kemarau sehingga masyarakat harus membeli air untuk kebutuhan sehari-hari, tidak ada wisatawan yang datang dan hampir 10% masyarakatnya masuk ke dalam kategori keluarga miskin. Sementara Tulamben di hilirnya yang menjadi salah satu spot penyelaman terkenal di dunia dengan situs kapal karam USAT Liberty.
Di Hutan Kita Membangun Kesadaran dan Tindakan
Disinilah Nyegara Gunung hadir. Konsep Nyegara Gunung dimaksudkan untuk memastikan hubungan yang kuat antara hulu dan hilir. Dalam konteks konservasi, gunung dan laut adalah daerah yang harus dijaga kesuciannya serta mampu memberikan manfaat bagi masyarakat. Laut telah memberikan manfaatnya untuk masyarakat Tulamben, namun gunung belum memberikan manfaatnya untuk masyarakat Dukuh. Padahal mereka dikaruniai pohon Lontar yang mempunyai nilai ekonomi sangat besar bagi masyarakat. Bila dikelola dengan baik, misalnya dikemas dan dijual ke wisatawan maka Desa Dukuh dan Tulamben akan menjadi satu kesatuan kawasan pariwisata “Nyegara Gunung” yang mampu mensejahterakan masyarakatnya.
Melalui Perayaan Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang diperingati setiap tanggal 05 Juni, kami berkolaborasi dengan para pihak untuk mengapresiasi hutan dan Gunung Agung lewat DOT ID (Desa Organik Tangguh Inspirasi Dukuh). Kegiatan ini diharapkan bisa membangun kesadartahuan masyarakat luas akan keberadaan hutan lindung di lereng Gunung Agung, membangun interaksi masyarakat desa Dukuh dengan masyarakat luas sehingga terjadi keakraban dan persaudaraan yang kuat, sebagai bagian dari upaya adaptasi kebencanaan, dan menciptakan sinergi para pihak untuk mendukung masyarakat desa dalam beradaptasi secara ekologi dan ekonomi.
Acara akan diisi dengan kegiatan apresisasi terhadap hutan dan Gunung Agung. Peserta akan dibagi menjadi beberapa kelompok, kemudian menjelajah cerita di Desa Dukuh hingga Hutan Lindung. Setiap kelompok akan menuju Check Point (CP) yang dibagi menjadi :
- Produksi Gebang
- Produksi Tuak, Arak
- Produksi Gula Merah
- Produksi Mete
- Hutan Lindung Desa Dukuh
Di masing-masing CP, peserta dibebaskan untuk eksplorasi berupa foto, wawancara, dan video. Para perajin lokal bisa mendemonstrasikan proses pembuatan produk di rumah masing-masing. Khusus di CP Hutan Lindung, akan dijelaskan tentang spesies di hutan lindung, pentingnya dan konektivitasnya dengan Nyegara Gunung.
Selain itu, akan dihadirkan pula Diskusi Mitigasi Bencana dan Perhutanan Sosial. Dengan demikian maka penduduk lokal akan terinspirasi dan terdorong untuk lebih mampu mengelola hutan lindung dan menyiapkan diri dalam beradaptasi dan bermitigasi dalam strategi kebencanaan gunung berapi. Diskusi dilanjutkan dengan pertunjukkan musik oleh artis yang telah diundang. Kemudian masing-masing peserta mempresentasikan hasil karya mereka. Karya-karya ini akan diapresiasi dan diberikan buah tangan berupa produk lokal setempat.
Ayo tunjukkan apresiasimu terhadap alam dengan menjelajah cerita dari Desa Dukuh. Mau tahu lengkapnya? Segera daftar disini ya!