
Fasilitator dan Peserta bahu membahu dalam mempersiapkan kegiatan Kelas Menulis Jurnalisme Warga Nyegara Gunung di Tulamben, Kabupaten Karangasem
Desa Tulamben. Kapal USAT (United States Army Transport) Liberty terkena torpedo dari Tentara Kekaisaran Jepang. Sekarang, lokasi bangkai kapal tersebut merupakan salah satu titik penyelaman paling terkenal di Bali karena keindahan terumbu karangnya. Tulamben berjarak sekitar 100 km dari Denpasar. Di desa inilah Sloka Institute bekerjasama dengan Conservation International Indonesia mengadakan Kelas Menulis Jurnalisme Warga Nyegara Gunung yang pertama. “Banyak sekalicerita soal laut yang bisa kalian tulis dan bagi kepada orang-orang,” kata Luh De Suriyani membuka Kelas Nyegara Gunung pada 23 November 2013 kemarin.

Para peserta tampak serius menulis berita dalam Sesi Menulis a la Jurnalisme Warga
Kelas ini diikuti oleh 10 orang peserta. Dengan peserta yang terbatas, diharapkan pelatihan menulis ini menjadi maksimal bagi tiap peserta. Kelas ini digagas karena kehidupan di Bali dipandu dengan budaya nyegara-gunung (hilir dan hulu). Nyegara Gunung adalah filosofi Bali yang menyatakan bahwa antara laut dan gunung adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Setiap tindakan di gunung akan berdampak pada laut. Banyak masyarakat Tulamben yang menggantungkan hidupnya di pariwisata bahari.
Menyelam memang hal yang tak asing bagi anak muda di Tulamben. “Rumah saya di pesisir Pantai Tulamben. Saya menyelam tiga kali seminggu,” Komang Ardian Anjasmara, di Kelas Menulis Jurnalisme Nyegara Gunung, menceritakan pengalamannya soal laut. Namun, siswa kelas XI di SMAN 1 Kubu, Karangasem ini belum pernah menuliskan pengalamannya soal laut. Lain lagi cerita Dedi Arsana, peserta lain yang menceritakan pengalamannya soal laut. Jika musim memancing tiba, Dedi harus sembunyi-sembunyi memancing. “Dilarang memancing di Pantai Tulamben. Katanya untuk menjaga ikan tetap ada,” ungkapnya. Tak banyak memang warga yang tahu bahwa ada pembagian zona di kawasan perairan. Hal yang diatur oleh UU No. 27 Tahun 2007 soal Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil agar tak banyak terjadi konflik.
Di dalam kelas ini, peserta dijelaskan soal dasar-dasar jurnalistik dan teknik membuat berita. Diperhalus dengan latihan menulis a la jurnalisme warga. “Kini saatnya warga yang memproduksi berita, tak hanya mengonsumsi,” terang Anton Mujahir, pemateri di sesi Menulis a la Jurnalisme Warga. Fasilitator kelas terus menggali pengalaman peserta soal laut. Memandu peserta untuk membuat kerangka tulisan dari tema dan sudut pandang yang sudah mereka tentukan sendiri. “Ini untuk memudahkan kalian dalam menulis,” jelas Anton Muhajir. Hasilnya, dalam satu jam setiap peserta mampu menceritakan pengalamannya dalam bentuk tulisan. “Saya pikir saya akan bosan mengikuti kelas seharian ini. Ternyata saya sangat menikmatinya dan tahu bagaimana caranya membuat tulisan yang menarik,” jelas Anjasmara memberi kesan soal kelas satu hari ini. Foto-foto kegiatan kelas menulis jurnalisme warga Tulamben bisa dilihat disini.