Home / Bali / Kemandirian Pokmaswas Tirta Segara Dukung Pengelolaan KKP Karangasem

Kemandirian Pokmaswas Tirta Segara Dukung Pengelolaan KKP Karangasem

Keindahan bawah laut Labuan Amuk dan sekitarnya telah menjadi daya tarik wisatawan yang berkunjung kesana. Termasuk keberadaan spesies Karang Jepun (Euphyllia baliensis), karang langka di perairan Candidasa. Keindahan tersebut menjadi berkah untuk warga sekitar dan tentu saja masyarakat Bali. Selain keramaian wahana air milik perusahaan tersebut, di sekitarnya juga tampak banyak perahu-perahu yang berjajar tertambat mengantarkan wisatawan untuk snorkling maupun diving.

Teluk Labuan Amuk merupakan kawasan pesisir Desa Antiga yang masuk dalam salah satu desa penyangga KKP Karangasem. Hal ini telah memunculkan inisiatif pengelolaan lokal yang difasilitasi oleh CI Indonesia termasuk pembuatan zonasi pemanfaatan wilayah laut Teluk Labuan Amuk, salah satunya adalahzona rehabilitasi karang.

Kelompok Nelayan Tanjung Jepun dan Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Tirta Segara yang diketuai oleh I Ketut Mangku Latra berinisiatif untuk membangun mooring buoy yang berfungsi sebagai tambat perahu yang mengantar wisatawan. Hal ini untuk mencegah perahu-perahu tersebut melempar jangkar yang membahayakan terumbu karang serta wisatawan yang sedang menyelam di areal tersebut. Biaya pembuatan mooring buoy tersebut berasal dari swadaya kelompok.

Sebagai upaya pengawasan perairan Labuan Amuk, patroli dan pengawasan rutin dilakukan untuk memantau perilaku wisatawan agar tidak sampai merusak terumbu karang. Manfaat terbesar dari mooring buoy tersebut tentu saja keuntungan ekologis yang didapatkan dengan terlindunginya terumbu karang dari jangkar, sehingga pariwisata bahari di Labuan Amuk bisa berkelanjutan.

Inisiatif lain yang tidak kalah menarik dari Pokmaswas Tirta Segara adalah pembuatan pos pantau apung di tengah laut. Pos pantau ini berjarak sekitar 1 km dari pantai. Pada tahun 2016 pos pantau yang dibuat dari bahan bambu dan drum telah mulai beroperasi. Selain sebagai pos pemantauan, pos tersebut juga dapat digunakan sebagai lokasi rekreasi pemancingan.

Menjelang tahun 2019, pos pantau yang terbuat dari bambu dan drum minyak tersebut dirasa sudah tidak layak dan perlu diperbaiki. Kesepakatan kelompok memutuskan untuk membuat pos pantau yang lebih baik dengan menggunakan bahan fiberglass dan ukurannya diperbesar.

Akhirnya pada 17 Juni 2019 pos pantau tersebut selesai dibuat dan diresmikan oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali, I Made Suardana dalam sebuah prosesi upacara melaspas. Tanggal 23 Juni 2019, pos pantau tersebut diluncurkan ke laut untuk ditempatkan tidak jauh dari lokasi pos pantau yang lama.

Pos pantau tersebut menghabiskan biaya sekitar Rp 900 juta yang berasal dari dana swadaya kelompok dan lama pengerjaan sekitar 6 bulan. Dengan lebar 7 meter dan panjang 35 meter serta dilengkapi 5 buah bale bengong, pos pantau tersebut mampu menampung sekitar 50 orang. I Ketut Mangku Latra menuturkan harapannya dengan diresmikan dan diluncurkannya pos pantau tersebut Pokmaswas Tirta Segara bisa mendapat penghasilan sekaligus bisa menjalankan fungsi pengawasan di areal Labuan Amuk.

Komentar

Komentar

x

Check Also

(English) Ocean20: A New Self-Funded Marine Resource Management Framework

Halaman tidak ditemukan. For the sake of viewer convenience, the content is shown below in the alternative language. You may click the link to switch the active language. Initiative launched at O20 summit with up to USD $1.5 million funding commitment from Green Climate Fund to develop Blue Halo S ...

Powered by Dragonballsuper Youtube Download animeshow