Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan lautan, mengandung beragam sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang bernilai tinggi baik secara ekonomi dan ekologi. Menyadari akan pentingnya peranan wilayah pesisir telah mendapatkan perhatian yang semakin besar sejak terbitnya Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Kabupaten Gianyar memiliki wilayah pesisir yang meliputi tiga kecamatan yaitu Kecamatan Sukawati, Blahbatuh dan Gianyar, membentang sepanjang lebih kurang 15 km garis pantai yang berhadapan dengan perairan Selat Badung. Perairan pesisir Kabupaten Gianyar menyimpan potensi sumberdaya ikan yang belum secara optimal dikelola bagi peningkatan perekonomian masyarakatnya. Berbagai jasa-jasa lingkungan bagi kepentingan pengembangan pariwisata juga belum secara optimal didayagunakan, sehingga perkembangan pariwisata Kabupaten Gianyar masih terdapat ketimpangan antar destinasi yang ada. Pantai-pantai diwilayah pesisir Kabupaten Gianyar selain berfungsi ekonomi juga mengandung nilai-nilai budaya baik sebagai kawasan suci maupun tempat-tempat suci yang perlu dilestarikan.
Dengan dibukanya jalan “sunrise road” Tohpati – Kusamba (Jalan Prof. Dr. Ida Bagus Mantra) maka seluruh wilayah pesisir Kabupaten Gianyar memiliki aksesibilitas yang mudah untuk dijangkau yang menyebabkan pembangunan dan kegiatan ekonomi di wilayah pesisir mengalami perkembangan yang pesat. Pesatnya pembangunan di wilayah pesisir tanpa disertai dengan upaya pengelolaan yang baik dikhawatirkan akan menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan yang semakin kompleks di kemudian hari, seperti tidak terkendalinya alih fungsi lahan-lahan pertanian produktif, perambahan sempadan pantai, pencemaran dan kerusakan lingkungan lainnya. Permasalahan utama yang dihadapi oleh pantai-pantai di wilayah pesisir Kabupaten Gianyar adalah parahnya erosi/abrasi pantai yang mengancam hilangnya lahan-lahan privat, merusak permukiman penduduk, tempat-tempat suci dan kawasan suci serta infrastruktur di sekitarnya.
Selain mengandung nilai-nilai alam (natural values) dan nilai-nilai budaya (cultural values), wilayah pesisir Kabupaten Gianyar juga termasuk daerah rawan bencana, seperti bencana tsunami, angin kencang dan air pasang ekstrim (rob). Daerah ini juga rawan terhadap bencana yang ditimbulkan oleh perubahan iklim global yaitu kenaikan muka laut (sea level rise) dan meningkatnya laju abrasi.
Memperhatikan potensi, permasalahan lingkungan dan ancaman bencana serta kebutuhan untuk meningkatkan peran wilayah pesisir bagi peningkatan perekonomian maka dibutuhkan suatu kebijakan pengelolaan wilayah pesisir melalui pendekatan secara terpadu. Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu memiliki pengertian bahwa pengelolaan sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan pesisir dilakukan melalui penilaian secara menyeluruh (comprehensive assessment), merencanakan tujuan dan sasaran, kemudian merencanakan serta mengelola segenap kegiatan pemanfaatannya guna mencapai pembangunan yang optimal dan berkelanjutan. Sesuai amanat Undang-Undang No. 27 Tahun 2007, pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi kegiatan perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian terhadap interaksi manusia dalam memanfaatkan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil serta proses alamiah secara berkelanjutan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pengelolaan sebagaimana dimaksud di atas wajib dilakukan dengan cara mengintegrasikan kegiatan: (a) antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah; (b) antar-Pemerintah Daerah; (c) antarsektor; (d) antara Pemerintah, dunia usaha, dan Masyarakat; (e) antara ekosistem darat dan ekosistem laut; dan (f) antara ilmu pengetahuan dan prinsip-prinsip manajemen.
Dalam rangka pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu, Pemerintah Daerah wajib menyusun dokumen perencanaan meliputi (a) Rencana Strategis Wilayah pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Anggaran Perubahan 2013 Bappeda); (b) Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Anggaran Tahun 2014 BPSPL); (c) Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; dan (d) Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Untuk menunjang pengelolaan wilayah pesisir, Pemerintah Daerah juga diamanatkan wajib mengelola data dan informasi mengenai wilayah pesisir serta pemutakhiran data dan informasi secara periodik dan didokumentasikan serta dipublikasikan secara resmi, sebagai dokumen publik.
Letak Geografis
Kabupaten Gianyar merupakan salah satu kabupaten/kota di Provinsi Bali, secara geografis terletak pada posisi 115o13’29” BT – 115o22’23” BT dan 8o18’48” LS – 8o38’58” LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Gianyar yaitu:
Utara : Kabupaten Bangli
Timur : Kabupaten Klungkung dan Kabupaten Bangli
Selatan : Selat Badung
Barat : Kota Denpasar dan Kabupaten Badung
Kabupaten Gianyar memiliki luas wilayah 368 km2, terdiri atas tujuah kecamatan dan 70 desa/kelurahan, seperti disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Luas wilayah dan jumlah desa menurut kecamatan di Kabupaten Gianyar Tahun 2010
No |
Kecamatan |
Luas Wilayah (km2) |
Jumlah Desa/Kelurahan |
1 |
Sukawati |
55,02 |
12 |
2 |
Blahbatuh |
39,70 |
9 |
3 |
Gianyar |
50,59 |
17 |
4 |
Tampaksiring |
42,63 |
8 |
5 |
Ubud |
42,38 |
8 |
6 |
Tegallalang |
61,80 |
7 |
7 |
Payangan |
75,88 |
9 |
|
Jumlah |
368,00 |
70 |
Sumber: BPS Kabupaten Gianyar (2010)
Berdasarkan Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, secara administrasi wilayah pesisir Kabupaten Gianyar terdiri dari tiga kecamatan yaitu Kecamatan Sukawati, Blahbatuh dan Gianyar dengan luas daratan 145,31 km2. Didalamnya terdapat 36 desa pesisir. Sedangkan desa pantai yaitu desa yang berbatasan langsung dengan laut terdapat sembilan desa yaitu Desa Batubulan, Ketewel dan Sukawati di Kecamatan Sukawati; Desa Pering, Saba, Keramas dan Medahan di Kecamatan Blahbatuh; Desa Lebih dan Desa Tulikup di Kecamatan Gianyar.
Geomorfologi Lingkungan Pesisir
Geomorfologi wilayah pesisir Kabupaten Gianyar pada umumnya mempunyai corak yang sama yaitu berupa pedataran dengan ketinggian 0 – 425 m dpl. Wilayah pesisir Kecamatan Sukawati berada pada ketinggian 0 – 125, Kecamatan Blahbatuh antara 0 – 175 m dpl dan Kecamatan Gianyar antara 0 – 425 m dpl. Kemiringan lahan wilayah pesisir Kabupaten Gianyar berkisar 0 – 15%.
Proses geologi yang terdapat di wilayah pesisir Kabupaten Gianyar adalah erosi/abrasi pantai dan kegempaan. Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak sedangkan erosi adalah pengikisan dan pengangkutan material hasil pelapukan batuan oleh aktivitas tenaga angin, air dan gelombang laut.
Menurut data Balai Wilayah Sungai Bali-Penida (2010), panjang pantai yang mengalami erosi/abrasi di Kabupaten Gianyar tahun 2009 adalah 6 km yaitu Pantai Gumicik 2 km, Pantai Saba 1 km, Pantai Lebih 2 km dan Pantai Siyut 1 km. Pantai abrasi yang telah tertangani yaitu Pantai Lebih sepanjang 1.250 meter. Sedangkan hasil survei Juni 2011, pantai yang mengalami erosi/abrasi parah yang belum ditangani baik oleh pemerintah maupun privat di Kabupaten Gianyar sepanjang 4.341 meter dan pantai yang rawan erosi/abrasi sepanjang 2.544 meter.
Potensi Sumber Daya Wilayah Pesisir
Wilayah pesisir Kabupaten Gianyar umumnya dicirikan oleh daerah pedataran yang subur dan ditunjang oleh banyaknya aliran sungai sehingga di wilayah ini merupakan lahan pertanian yang tergolong sangat produktif. Lahan dataran rendah di wilayah pesisir Kabupaten Gianyar juga sangat potensial bagi pengembangan perikanan budidaya, baik budidaya air tawar maupun budidaya air payau.
Sumberdaya Ikan
Sumberdaya ikan adalah potensi semua jenis ikan. Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan. Sumberdaya ikan yang terdapat di perairan pesisir Kabupaten Gianyar meliputi ikan (finfishes), kelompok krustase (udang/lobster), kelompok ekinodermata seperti bulu babi, dan moluska (cumi-cumi, oktopus, siput dan kerang-kerangan).
Wilayah pengelolaan perikanan tangkap Kabupaten Gianyar adalah perairan Selat Badung yang merupakan bagian Wilayah Perairan Bali Timur. Wilayah pengelolaan perikanan tangkap ini meliputi pula perairan pesisir Kabupaten Karangasem, Klungkung, Badung dan Kota Denpasar. Potensi lestari sumberdaya ikan pada Wilayah Perairan Bali Timur potensi ± 19.455,6 ton/tahun. Jenis ikan terutama ikan cakalang, tongkol, cucut, kakap putih, kakap merah,tenggiri, tembang, lemuru, lemadang, kerapu karang, dan ikan karang lainnya
Salah satu komoditi perikanan bernilai ekonomi penting yang terdapat di perairan pesisir Kabupaten Gianyar adalah lobster (udang barong). Habitat lobster ini adalah perairan sekitar terumbu karang yang membentang dari Pantai Gumicik sampai Pantai Lebih. Selain lobster, pada ekosistem terumbu karang terdapat pula potensi bernilai ekonomis penting yaitu bulu babi dan kerang-kerangan.
Perairan pesisir Kabupaten Gianyar merupakan habitat dan/atau jalur migrasi bagi beberapa spesies genting (endangered species) yaitu penyu dan cetaceans. Jenis-jenids penyu yang terdapat di perairan pesisir yaitu penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu hijau (Chelonia mydas), dan penyu abu-abu atau penyu lekang (Lepidochelys olivacea). Pantai yang menjadi tempat peneluran penyu lekang dan penyu sisik di Kabupaten Gianyar adalah Pantai Saba. Pantai Saba memiliki gumuk pasir yang luas, didukung oleh vegetasi pantai formasi pes-caprae dan relatif sepi aktivitas manusia sehingga sangat mendukung bagi tempat penyu bertelur.
Perairan Selat Badung juga merupakan area bagi jalur migrasi cetaceans. Perairan ini merupakan wilayah perairan yang memiliki karakter oseanografi kompleks, yang sangat kuat dipengaruhi oleh Indonesian Flowthrough yaitu pertukaran utama samudera tropis antara Pasifik Barat dan Samudera Hindia, serta seringnya kejadian upwelling. Survey cetaceans yang dilakukan Benjamin Kahn di perairan Selat Lombok dan Selat Badung pada Januari 2005 menemukan 2 jenis dolphin di perairan Selat Badung yaitu common bottlenose dolphin (Tursiops fruncatus) dan spinner dolphin (Stenella longirostris).
Daya Tarik Wisata
Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Objek dan daya tarik wisata yang berbasis dan bercorak pada nilai-nilai alam pesisir di Kabupaten Gianyar adalah pantai dan ombak. Hampir seluruh pantai di Kabupaten Gianyar merupakan tempat rekreasi, namun demikian pantai-pantai yang relatif ramai dikunjungi oleh wisatawan adalah Pantai Lembeng, Pantai Ketewel, Pantai Purnama, Pantai Saba, Pantai Masceti, Pantai Keramas, Pantai Cucukan, Pantai Lebih dan Pantai Siyut.
Pantai Saba merupakan pantai yang relatif lebar selain sebagai tempat rekreasi juga sebagai tempat wisata berkuda. Pantai Lebih dikenal sebagai obyek wisata pantai yang dipadukan dengan wisata kuliner berbahan baku ikan. Sedangkan Pantai Masceti memiliki daya tarik yang khusus karena di kawasan pantai ini sangat baik untuk melaksanakan wisata spiritual atau mencari keheningan jiwa, di tepi pantai terdapat areal Pura yang sangat disucikan oleh masyarakat sekitar karena di tempat suci tersebutlah masyarakat biasanya melaksanakan upacara untuk memohon kemakmuran serta melaksanakan upacara agama lainnya.
Daya tarik ombak untuk melakukan berselancar (surfing) adalah Pantai Lembeng, Pantai Ketewel, Pantai Gumicik dan Pantai Keramas. Waktu yang paling baik untuk berselancar di pantai yang berpasir hitam ini, antara bulan Desember sampai April dan bertepatan dengan musim hujan. Pada saat itu, angin berhembus berlawanan dengan deburan ombak. Keadaan angin seperti ini sangat mendukung untuk menikmati keindahan olahraga berselancar.
Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi
Jumlah penduduk Kabupaten Gianyar berdasarkan hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 adalah 470.380, dimana jumlah penduduk menurut kecamatan berkisar 41.170 – 110.574 jiwa, tertinggi terdapat di Kecamatan Sukawati dan terendah di Kecamatan Payangan. Kepadatan penduduk Kabupaten Gianyar tahun 2010 adalah rata-rata 1.278 jiwa/km2, tertinggi di Kecamatan Sukawati (2.010 jiwa/km2) dan terendah di Kecamatan Payangan (543 jiwa/km2) (BPS Kabupaten Gianyar, 2010a). Jumlah penduduk di wilayah pesisir Kabupaten Gianyar tahun 2010 adalah 263.678 jiwa atau 56,05%.
Tabel 2. Rasio Kelamin Penduduk Wilayah Pesisir Kab. Gianyar Tahun 2009
No |
Desa/Kecamatan |
Penduduk (Jiwa) |
Rasio Kelamin |
||
Laki-Laki |
Perempuan |
Jumlah |
|||
A. |
Kecamatan Sukawati |
40.386 |
40.129 |
80.515 |
101 |
1 |
Batubulan |
6.710 |
6.663 |
13.373 |
101 |
2 |
Batubulan Kangin |
3.222 |
3.141 |
6.363 |
103 |
3 |
Ketewel |
4.550 |
4.871 |
9.421 |
93 |
4 |
Guwang |
3.011 |
2.723 |
5.734 |
111 |
5 |
Sukawati |
5.195 |
5.100 |
10.295 |
102 |
6 |
Celuk |
2.030 |
1.988 |
4.018 |
102 |
7 |
Singapadu |
2.316 |
2.160 |
4.476 |
107 |
8 |
Singapadu Tengah |
2.174 |
2.261 |
4.435 |
96 |
9 |
Singapadu Kaler |
2.074 |
2.102 |
4.176 |
99 |
10 |
Batuan |
3.193 |
3.282 |
6.475 |
97 |
11 |
Batuan kaler |
1.498 |
1.497 |
2.995 |
100 |
12 |
Kemenuh |
4.413 |
4.341 |
8.754 |
102 |
B. |
Kecamatan Blahbatuh |
27.634 |
27.131 |
54.765 |
102 |
1 |
Saba |
3.843 |
3.867 |
7.710 |
99 |
2 |
Pering |
3.333 |
3.133 |
6.466 |
106 |
3 |
Keramas |
3.744 |
3.574 |
7.318 |
105 |
4 |
Medahan |
2.471 |
2.479 |
4.950 |
100 |
5 |
Bona |
1.721 |
1.768 |
3.489 |
97 |
6 |
Belega |
1.814 |
1.825 |
3.639 |
99 |
7 |
Blahbatuh |
4.130 |
4.034 |
8.164 |
102 |
8 |
Buruan |
2.704 |
2.519 |
5.223 |
107 |
9 |
Bedulu |
3.874 |
3.932 |
7.806 |
99 |
C. |
Kecamatan Gianyar |
37.252 |
37.271 |
74.523 |
100 |
1 |
Lebih |
3.034 |
3.082 |
6.116 |
98 |
2 |
Tulikup |
3.893 |
3.423 |
7.316 |
114 |
3 |
Temesi |
1.590 |
1.618 |
3.208 |
98 |
4 |
Sidan |
2.148 |
1.976 |
4.124 |
109 |
5 |
Samplangan |
1.702 |
1.745 |
3.447 |
98 |
6 |
Serongga |
2.104 |
2.031 |
4.135 |
104 |
7 |
Abianbase |
2.566 |
2.614 |
5.180 |
98 |
8 |
Gianyar |
4.796 |
4.566 |
9.362 |
105 |
9 |
Beng |
1.690 |
1.916 |
3.606 |
88 |
10 |
Bitera |
3.270 |
3.179 |
6.449 |
103 |
11 |
Bakbakan |
2.431 |
2.434 |
4.865 |
100 |
12 |
Siangan |
2.075 |
2.262 |
4.337 |
92 |
13 |
Suwat |
604 |
617 |
1.221 |
98 |
14 |
Petak |
1.561 |
1.889 |
3.450 |
83 |
15 |
Petak Kaja |
1.637 |
1.656 |
3.293 |
99 |
16 |
Sumita |
1.002 |
1.147 |
2.149 |
87 |
17 |
Tegal Tugu |
1.149 |
1.116 |
2.265 |
103 |
|
Pesisir Kab. Gianyar |
105.272 |
104.531 |
209.803 |
101 |
Sumber: BPS Kabupaten Gianyar (2010b)
Kekerabatan masyarakat pesisir Kabupaten Gianyar pada khususnya dan Bali pada umumnya terbentuk oleh kesamaan darah (keturunan), kesamaan teritorial, kesamaan agama, dan kesamaan kepentingan lainya. Didasarkan atas kesamaan darah dapat diidentifikasi adanya kelompok-kelompok yang disebut soroh. Soroh-soroh ini mengalami perkembangan kejamakan karena di samping soroh-soroh “orang Bali” yang sudah lama eksis diperjamak lagi dengan terhimpunnya kelompok-kelompok pendatang. Soroh-soroh yang didasarkan atas kesamaan darah dan/atu etnis mengakibatkan terjadinya pluraritas budaya yang semakin meningkat.
Lembaga tradisional yang ada pada masyarakat di Bali pada umumnya yaitu : Majelis Desa Pakraman, desa pakraman, banjar, subak, dan sekaa.
Struktur perekonomian Kabupaten Gianyar tidak jauh beda dengan struktur perekonomian Bali umumnya yang mempunyai karakteristik yang unik, dimana pilar-pilar ekonomi dibangun lewat keunggulan komparatif pada sektor industri pariwisata sebagai leading sektor, hal ini menyebabkan sektor-sektor yang mempunyai keterkaitan langsung dengan industri pariwisata yaitu kelompok sektor tersier sangat dominan dalam memberikan warna pada struktur perekonomian Kabupaten Giianyar.
Pemanfaatan Sumberdaya Wilayah Pesisir
Tabel 3. Penggunaan Lahan di Wilayah Pesisir Kabupaten Gianyar Tahun 2009
Kecamatan |
Penggunaan Lahan (Ha) |
|||||||
Sawah |
Tegal/ Kebun |
Peka- rangan |
Tambak |
Kolam |
Hutan Rakyat |
Lainnya |
Jumlah |
|
Sukawati |
2727 |
847 |
1096 |
11 |
5 |
0 |
816 |
5502 |
Blahbatuh |
2291 |
632 |
539 |
1 |
153 |
2 |
352 |
3970 |
Gianyar |
2542 |
1030 |
1013 |
0 |
9 |
0 |
465 |
5059 |
Jumlah |
7560 |
2509 |
2648 |
12 |
167 |
2 |
1633 |
14531 |
Persentase |
52,03 |
17,27 |
18,22 |
0,08 |
1,15 |
0,01 |
11,24 |
100,00 |
Sumber: BPS Kabupaten Gianyar (2010b)
Pantai merupakan suatu sistem sumberdaya alam dan lingkungan yang bernilai sangat penting, baik secara ekologi, ekonomi dan budaya. Ditinjau dari aspek ekologi pantai merupakan kawasan berfungsi lindung. Ditinjau dari aspek ekonomi, pantai merupakan tempat untuk melangsungkan kegiatan ekonomi seperti rekreasi dan pariwisata, perikanan dan pelabuhan. Sedangkan ditinjau dari aspek budaya, pantai bagi umat Hindu di Bali diyakini sebagai kawasan suci dimana berbagai upacara keagamaan dilangsungkan di pantai, seperti upacara melasti dan nganyud.
Seluruh pantai-pantai di Kabupaten Gianyar merupakan tempat rekreasi bagi masyarakat sekitar dan wisatawan. Pantai-pantai yang ramai sebagai tempat rekreasi yaitu Pantai Lembeng, Pantai Purnama, Pantai Pabean, Pantai Rangkan, Pantai Saba, Pantai Keramas, Pantai Masceti, Pantai Cucukan, Pantai Lebih dan Pantai Siyut. Beberapa pantai dapat digunakan secara aman untuk rekreasi air (mandi dan renang) pada saat surut karena terlindung oleh tubir karang yaitu Pantai Manyar, Pantai Pabean, Pantai Rangkan, Pantai Saba, dan Pantai Cucukan. Pusat pelayanan keamanan wisata tirta/rekreasi air (Balawista) di Gianyar terletak di Pantai Lebih. Sedangkan pantai-pantai lainnya tidak aman untuk mandi dan renang. Khsusus untuk Pantai Masceti tidak diperkenankan mandi/renang.
Pantai-Pantai di Kabupaten Gianyar semuanya merupakan pantai berpasir kelabu hitam dan berpasir hitam jenis kwarsa. Kondisi ini menyebabkan pantai-pantai di wilayah ini kurang populer untuk aktivitas wisata bagi wisatawan mancanegara. Kegiatan wisata pantai yang berkembang diantaranya adalah olah raga berkuda di Pantai Saba.
Pantai di Kabupaten Gianyar juga merupakan tempat rekreasi memancing (recreational fishing) yang dilakukan oleh masyarakat yang berasal dari berbagai daerah di Kabupaten Gianyar dan bahkan di luar Kabupaten Gianyar. Kegiatan rekreasi memancing dengan menggunakan alat pole and line ramai dilakukan di Pantai Lembeng, Pantai Purnama, Pantai Pabean, Pantai Manyar, Pantai Masceti, Pantai Cucukan dan Pantai Siyut.
Hampir semua pantai-pantai di Kabupaten Gianyar mengandung sumber daya bahan galian berupa batu sikat atau batu ampyang. Batu sikat merupakan sedimen/partikel pantai berupa jenis batuan basal berukuran gravel (kerikil) yang dimanfaatkan untuk penghias landai, pot bunga, taman, dll. Pengambilan batu sikat di pantai sepertinya telah menjadi mata pencaharian penduduk. Usaha pengambilan batu sikat terdapat di Pantai Ketewel, Pantai Saba, Pantai Masceti, Pantai Keramas, Pantai Lebih dan Pantai Siyut.
Kegiatan perikanan tangkap di Kabupaten Gianyar merupakan perikanan skala tradisional dengan armada berupa jukung baik jukung atau perahu tanpa motor maupun jukung/perahu dengan motor tempel. Jukung/perahu ini membutuhkan lahan pantai untuk pemangkalan. Pantai-pantai sebagai pemangkalan perahu nelayan yaitu Pantai Ketewel, Pantai Gumicik, Pantai Manyar, Pantai Pabean, Pantai Rangkan, Pantai Saba, Pantai Cucukan, Pantai Lebih dan Pantai Siyut. Namun demikian pusat pemangkalan jukung terkonsentrasi pada Pantai Lebih, Pantai Rangkan dan Pantai Ketewel.
Masing-masing desa pakraman di wilayah pesisir maupun non-pesisir telah menetapkan pantai-pantai tertentu untuk upacara keagamaan seperti melasti, nganyud dan upacara lainnya. Oleh karena itu, hampir seluruh pantai tersedia tempat tertentu untuk melangsungkan upacara keagamaan. Upacara keagamaan di pantai oleh masyarakat se-Kecamatan Sukawati dipusatkan di Pantai Purnama, Kecamatan Blahbatuh dipusatkan di Pantai Saba dan Kecamatan Gianyar di Pantai Lebih.
Pemanfaatan Sumberdaya Laut
a. Perikanan Tangkap
Kegiatan perikanan tangkap di perairan pesisir Kabupaten Gianyar tahun 2009 melibatkan 878 orang nelayan terdiri dari nelayan penuh 309 orang, nelayan sambilan utama 121 orang dan sambilan tambahan 448 orang. Sedangkan rumah tangga perikanan (RTP) berjumlah 839 RTP terdiri atas 448 RTP tanpa perahu, 173 RTP menggunakan jukung tanpa motor dan 218 RTP menggunakan jukung motor tempel. Jumlah alat apung (armada) perikanan tangkap di Kabupaten Gianyar tahun 2009 adalah 391 buah, terdiri atas 173 jukung tanpa motor dan 218 jukung motor tempel.
Daerah penangkapan ikan oleh nelayan Kabupaten Gianyar adalah perairan pantai dan perairan pesisir di Selat Badung. Nelayan yang melakukan penangkapan di perairan pantai adalah nelayan yang tidak menggunakan perahu dan perahu tanpa motor. Jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di wilayah ini yaitu jaring insang hanyut, rawai tetap dasar, pancing tonda, pancing ulur, pancing ulur, , jaring klitik (jaring udang), dan bubu.
Produksi perikanan tangkap di laut pada tahun 2009 sebesar 480,8 ton. Jenis-jenis ikan hasil tangkapan nelayan di Kabupaten Gianyar yaitu kakap putih, kakap merah, tembang, lemuru, lemadang, cakalang, tenggiri, tongkol, kerapu karang, cucut botol, dan lobster. Produksi perikanan tangkap didominasi oleh jenis ikan lemuru dan tongkol.
b. Wisata Bahari
Kegiatan wisata bahari yang berkembang di wilayah Kabupaten Gianyar adalah berselancar (board surfing). Perairan pantai Kabupaten Gianyar merupakan salah satu lokasi surfing yang pavorit di Bali. Hal ini disebabkan karena perairan pantai di Kabupaten Gianyar memiliki gelombang tinggi dengan pecahnya gelombang tipe plunging yang cocok untuk board surfing. Lokasi boar surfing di Kabupaten Gianyar yaitu Pantai Lembeng, Pantai Ketewel, Pantai Gumicik, dan Pantai Keramas.
Dengan dibangunnya jalan by pass Tohpati – Kusamba yang diberi nama Jalan Prof. Dr. Ida Bagus Mantra, seluruh wilayah pesisir Kabupaten Gianyar memiliki aksesibilitas tinggi. Jalan by pass berfungsi sebagai jalan arteri primer, membelah desa-desa pantai yang membentang dari Desa Batubulan sampai Desa Tulikup yang dikenal pula dengan sebutan sunrise road. Jalan arteri primer ini berhubungan dengan jaringan jalan-jalan kolektor, jalan lokal dan jalan lingkungan yang menyebabkan tingginya aksesibilitas wilayah pesisir, baik dari ibu kota Kabupaten Gianyar maupun dari ibu kota provinsi dan kota-kota kabupaten lainnya di wilayah pesisir selatan dan timur Provinsi Bali. Pantai-pantai di Kabupaten Gianyar, kecuali akses ke Pantai Saba Dauh, terdapat akses jalan yang tergolong sangat baik
Di wilayah pesisir Kabupaten Gianyar tidak terdapat pelabuhan dan bandar udara. Namun demikian, aksesibilitas wilayah pesisir Kabupaten Gianyar terdapat Pelabuhan Laut Internasional Benoa di Benoa, Denpasar dan Bandara Internasional Ngurah Rai di Tuban, Badung relatif tinggi karena jaraknya relatif berdekatan dan terhubung oleh jaringan jalan arteri dari pelabuhan dan bandara ke wilayah pesisir Kabupaten Gianyar.