Think globally, act locally, be totally! Begitu kira-kira pemikiran awal yang melatarbelakangi terlaksananya kegiatan ini. Balai Penelitian dan Observasi Laut (BPOL) yang didukung oleh seluruh Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kelautan dan Perikanan yang ada di Bali beserta Conservation Internasional Indonesia, menggelar rangkaian acara untuk memperingati Hari Bumi 2017 di Bali.
Acara digelar selama tiga hari, 19,20,22 April 2017 di tiga lokasi berbeda. Rangkaian Peringatan Hari Bumi diawali dengan field session restocking 3000 bibit abalon dan 500 bibit teripang di Wantilan Pura Luhur Batu Ngaus, Desa Cemagi, Mengwi, Badung pada 19 April 2017. Abalon dan teripang berasal dari budidaya BPIU2K Karangasem dan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol. Dengan koordinasi dari Conservation Internasional Indonesia, acara berlangsung sukses dihadiri oleh Camat Mengwi, Kepala Desa Cemagi, UPT KKP se-Bali, perwakilan desa adat dan desa dinas, kelompok karang taruna, PKK, sekaa teruna, pihak keamanan desa, kelompok nelayan Baruna 1,2,3, pemilik dan manager villa setempat.
Dalam sambutannya sekaligus membuka acara, Camat Mengwi, I Gusti Ngurah Gede Jaya Saputra mengapresiasi bahwa Pantai Mengening memang merupakan habitat abalon dan teripang. Dan harapannya bisa menjadi ikon destinasi pariwisata dari Desa Cemagi.
I Nyoman Radiarta, Kepala BPOL menyampaikan bahwa sebelumnya telah dilakukan survei awal karakteristik habitat abalon dan teripang di Pantai Mengening. Pemaparan tentang abalon dan teripang kemudian dipaparkan oleh Ibnu Rusdi dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol.
Abalon dan teripang dilepas oleh perwakilan kelompok nelayan di Pantai Mengening. I Ketut Alit Suyadnya selaku Ketua Kelompok Nelayan Baruna 3 Desa Cemagi berharap dengan adanya pelepasan abalon dan teripang bisa meningkatkan pendapatan nelayan baik untuk dikonsumsi atau dijual.
Menurut Agus Sumberdana dari Conservation International (CI) Indonesia, desa harus menjadi garda depan dalam konservasi lingkungan. “Program konservasi dibangun untuk masyarakat dan harus bisa bermanfaat secara berkelanjutan,” ujarnya.
Kegiatan restocking teripang dan abalon dilaksanakan guna mendukung perekonomian masyarakat lokal. Jenis bibit yang ditebar telah disesuaikan dengan kondisi dan habitat asli perairan tersebut, sehingga tidak akan merusak keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Diharapkan masyarakat dapat terus menjaga populasi abalon dan teripang yang ada di lokasi ini dan memanfaatkannya secara lestari.
Sebagai lembaga di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan, BPOL, Conservation International Indonesia selaku organisasi nirlaba yang bergerak di bidang konservasi alam dan instansi terkait mengajak masyarakat untuk bersama-sama peduli dan melakukan aksi nyata untuk kelestarian ekosistem pesisir yang keberadaannya sangat penting untuk menunjang kehidupan masyarakat di sekitarnya.