Home / Cerita Warga / Tradisi Manda di Desa Adat Bugbug

Tradisi Manda di Desa Adat Bugbug

Tradisi Manda ini dilaksanakan setahun sekali tepatnya setiap Sasih Kawulu nuju Busaya, sejeroning pangelong ping: 13 14 15. Upacara ini dilaksanakan berdasarkan atas kepercayaan turun temurun dari leluhur dan masyarakat Desa Adat Bugbug melaksanakan tradisi tersebut dengan apa adanya sesuai dengan yang diwariskan oleh leluhur mereka secara turun temurun. Tradisi ini dilaksanakan hanya sehari tepatnya di sore hari, masyarakat melaksanakan Upacara Manda karena mereka berkeyakinan bahwa dengan melaksanakan tradisi tersebut masyarakat akan memperoleh kesuburan, kesejahteraan dan ketentraman.

Perayaan Manda di Desa Bugbug tergolong unik karena perayaan ini hanya terdapat di Desa Pekraman Bugbug saja dan penggunaan simbol-simbol seperti sasurakan untuk teruna (sebatang pelepah enau yang daunnya disisakan pada ujungnya saja dan dihiasi menggunakan janur) dan simbul untuk daha seperti cepetik (canang atau berupa persembahan yang terbuat dari dari janur yang dirangkaikan dan dihiasi dengan beraneka macam kembang).

Pakaian yang dipergunakan untuk untuk teruna atau laki laki dengan menggunakan kamben serta saput yang diikat di dada membawa keris serta sesorakan dan juga menggunakan udeng. Sedangkan pakaian yang dikenakan oleh daha atau perempuan yaitu mengenakan kamben serta anteng dan untuk riasan kepala menggunakan gonjer, perlengkapan lain yang harus dibawa oleh daha adalah cepetik. Upacara ini dimulai pada sore hari sekitar pukul 18.00 Wita.

Daha dan teruna berbaris dan berjalan mengelilingi Jalan Telaga Ngembeng, berawal dari Pura Puseh Desa Adat Bugbug menuju arah selatan melewati Pura Bale Agung, ke selatan lagi hingga sampai di depan Banjar Segaa, kemudian berbalik ke utara selanjutnya mengeliling Pura Bale Agung sebanyak 3 kali dan yang terakhir melakukan persembahyangan bersama di Pura Bale Agung. Setelah persembahyangan selesai, daha dan teruna kembali menuju banjar masing-masing untuk makan bersama/megibung jaja kukus yang berbahan dasar ketan.

Pengalaman saya terakhir ikut Manda sekitar setahun yang lalu. Sebagai daha dan teruna Desa Adat Bugbug harus wajib mengikuti upacara sakral ini , karena tetua jaman dulu mengatakan jika daha dan teruna di Desa Bugbug tidak sama sekali mengikuti upacara ini, maka dia akan terkena penyakit disaat kelahirannya kembali.

Oleh : I Ketut Sumerta Yasa, Pewarta Warga Bugbug

Komentar

Komentar

x

Check Also

Sinergi Para Pihak dalam Inclusive Marine Tourism

Degradasi ekosistem karang membutuhkan upaya nyata untuk meningkatkan tutupan karang hidup dan berpotensi menjadi ikon wisata bahari baru pasca pandemic Covid 19 yang menerpa dunia saat ini. Conservation International (CI) Indonesia bekerjasama dengan Balai KSDA, Kelompok Pembudidaya Karang Hias Nusantara (KPKHN), Pemerintah Desa Tulamben dan Organisasi Pemandu Selam Tulamben (OPST) ...

Powered by Dragonballsuper Youtube Download animeshow