Pandemi Covid19 telah menyebabkan ditutupnya aktivitas wisata menyelam di kawasan Tulamben dan Amed sejak awal April 2020. Aktivitas penyelaman bisa dikatakan hampir tidak ada di dua kawasan tersebut selama 2 bulan terakhir, walau ada 1-2 aktivitas penyelaman yang berlangsung di kawasan Amed hingga Bunutan. Pandemi ini merupakan kejadian luar biasa yang sangat berdampak bagi sektor ekonomi, dimana pariwisata bahari (selam dan snorkeling) yang merupakan daya tarik utama di kedua kawasan tersebut.
Namun dari sisi ekologi dapat diasumsikan pandemi berengaruh baik terhadap lingkungan terutama ekosistem terumbu karang. Dimana tidak adanya aktivitas penyelaman selama dua bulan tersebut akan mengurangi tekanan terhadap ekosistem terumbu karang dan memberi waktu untuk pemulihan kualitasnya. Selain tekanan dari kunjungan wisatawan terhadap ekosistem terumbu karang, banyak faktor lain yang mempengaruhi kualitas ekosistem terumbu karang seperti suhu, salinitas, cahaya, sedimentasi, serta arus dan gelombang.
Asumsi ini perlu diuji dengan pengamatan (monitoring) langsung untuk mengetahui kondisi sesungguhnya dampak atau perubahan yang terjadi di kawasan selam tersebut. Pengamatan atau monitrong tersebut berpatokan pada data pengamatan yang sudah pernah dilakukan sebelumnya. Hal ini bertujuan agar data pengamatan dapat memberikan informasi perubahan dengan data sebelumnya. Sehingga data dan informasi yang diperoleh dapat menjadi landasan pengambilan kebijakan yang lebih baik di waktu mendatang.
Bekerjasama dengan Organisasi Pemandu Selam Tulamben (OPST), Conservation International Indonesia melakukan kegiatan monitoring ekosistem terumbu karang di wilayah Desa Tulamben pada tanggal 10 Juli 2020. Kegiatan diawali sehari sebelumnya dengan melakukan pelatihan monitoring kepada anggota OPST. Pelatihan diikuti oleh 21 orang termasuk termasuk pemateri dan fasilitator pelatihan.
Peserta dilatih mengenai pengenalan kondisi laut dan biota yang akan dimonitoring. Peserta juga dilatih untuk langsung mencatat menggunakan sabak yang akan dipergunakan pada saat monitoring. Kemudian dilakukan simulasi mulai dari pemasangan transek, pembagian tugas, dan latihan pencatatan menggunakan alat peraga yang telah disiapkan. Menjelang penutupan dilakukan pembagian kelompok monitoring. Anggota OPST dibagi menjadi empat kelompok yang masing-masing kelompok akan melakukan 2 kali penyelaman di 2 lokasi yang berbeda.
Pada tanggal 10 Juli 2020, kegiatan monitoring dimulai sekitar pukul 8.30 wita dengan mengambil lokasi titik kumpul di pantai drop off Desa Tulamben. Masing-masing kelompok yang beranggotakan 4 orang langsung menuju lokasi penyelaman yang telah disepakati menggunakan perahu kelompok nelayan Tirta Wisata Tulamben. Monitoring tahap pertama berlangsung sekitar 1 jam. Setelah beristirahat sekitar 30 menit, para anggota OPST kembali melanjutkan kegiatan monitoring tahap kedua di 4 lokasi selanjutnya. Total ada 8 titik penyelaman yang dimonitoring.
Untuk pengamatan kelimpahan ikan dengan membagi bidang pengamatan menjadi 4 transek dengan panjang masing-masing 20 meter per transek. Adapun jenis ikan yang diamati adalah Butterflyfish, Haemulidae, Snapper, Barramundi cod, Humphead wrasse, Bumphead parrot, Parrotfish dan Moray eel.
Pengamatan tutupan dasar dicatat setiap 50 cm hingga jarak pengamatan mencapai 100 meter dari titik turun awal (titik 0) ke arah yang disamakan dengan pengamatan tahun sebelumnya di tiap lokasi penyelaman.
Adapun hasil pengamatan ekosistem terumbu karang di titik lokasi penyelaman di kawasan Tulamben dan Amed yang didapat tersaji dalam laporan ini.