Nyegara Gunung Membangun Ketahanan Pulau Kecil (Small Island Resilience) dengan Pendekatan Nyegara Gunung
Sorry, this entry is only available in Indonesian. For the sake of viewer convenience, the content is shown below in the alternative language. You may click the link to switch the active language.
Air (dihidrogen monoksida) adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan di Bumi. Dengan rumus kimia (H2O) yang setiap molekulnya mengandung oksigen dan atom hidrogen. Air juga disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia. Semua makhluk hidup membutuhkan air untuk bertahan hidup baik hewan, tumbuhan serta manusia dalam keberlangsungan kehidupan. Banyak tempat di Bumi mengalami kekurangan air. Faktor penyebabnya beragam meliputi pencemaran lingkungan sebagai dampak dari perkembangan dunia modern, pembuangan sampah sembarangan, limbah pabrik dan bencana alam.
Beberapa daerah di Indonesia juga mengalami kekurangan air termasuk Bali. Salah satunya Desa Dukuh, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem. Masyarakat kesulitan mendapatkan air bersih saat memasuki musim kemarau. Hal ini menjadi masalah setiap tahunnya. Untuk mengatasi msalah ini masyarakat biasanya menampung air hujan saat musim hujan dalam bak yang dibuat. Kemudian air tersebut digunakan untuk keperluan mandi, minum, mencuci, masak serta minum ternak.
Pada 8-10 Juli 2019, Conservation International Indonesia menyelenggarakan Nyegara Gunung Live In di Desa Dukuh, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem. Nyegara Gunung artinya keseimbangan natural spiritual yang berorientasi kepada gunung dan lautan (air) sebagai konsep tata ruang dalam budaya Bali. Kegiatan Live In ini sebagai wujud upaya mengajak generasi muda untuk peduli terhadap lingkungan.
Dengan tema “Konservasi Air” YConservation International Indonesia mengajak generasi muda ikut merasakan bagaimana masyarakat Desa Dukuh bertahan hidup dengan ketebatasan air disana. Ikut berpartisipasi dalam upaya pelestarian lingkungan dan mampu berinisiatif menjaga sumber daya alam yang tersedia. Kegiatan ini diikuti oleh peserta dari siswa dan mahasiswa. Ketersediaan air menjadi masalah serius masyarakat Desa Dukuh. Saat musim kemarau masyarakat biasanya memanfaatkan air hujan untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari hari.
Hari pertama peserta diserahkan kepada keluarga masing-masing disana untuk membantu serta merasakan bagaimana mereka melakukan aktivitas seperti ikut melihat proses pembuatan tuak,arak bali,serta menyiapkan makan malam bersama. Setelah menikmati hidangan malam bersama peserta kembali ke tenda masing-masing.
Hari kedua peserta menuju lereng Gunung Agung untuk membantu menyiram pohon dengan teknik irigasi tetes sebagai upaya penghijauan kembali lereng pasca erupsi beberapa tahun lalu. Setelah itu rombongan kembali menuju embung tempat penampungan air hujan masyarakat Desa Dukuh sebelum di distribusikan. Peserta juga diajak ikut melihat proses pembuatan gula semut (aren/Bali). Dalam kegiatan sharing disscusion peserta berbagi cerita keseruan mereka selama beberapa hari disana. Banyak hal baru yang didapatkan dan mengajarkan mereka untuk selalu bersyukur selalu. Menyampaikan pesan, kesan harapan masyarakat kedepannya.
Masyarakat berharap akan adanya bantuan dari pemerintah seperti pembenahan sistem penyaluran air, pembangunan infrastruktur pendidikan didesa, dan penggembangan wisata desa. Hari terakhir ditutup demo proses pembuatan minyak dengan bahan dasar plastik dan pembersihan area sekitar kemah. Kegiatan Live In diharapkan mampu memberikan pembelajaran bagi masyarakat untuk lebih peduli terhadap isu lingkungan, memicu inisiatif khususnya generasi muda dalam melakukan aksi nyata melestarikan lingkungan serta pemanfaatan air dengan baik.
Oleh : Rizal M. Nafie
