Mencakup area seluas 1900 ha, hutan lindung di Desa Dukuh merupakan ekosistem hutan dengan tipe iklim lokal yang arid, meskipun berada pada rentang ketinggian 600 hingga 2800 meter di atas permukaan laut. Tipe tanah di kawasan ini adalah kering dan berpasir, dengan lapisan tanah vulkanik menyusun substrat di beberapa area, serta lapisan tipis tanah humus pada wilayah-wilayah dengan tutupan pohon lebat.
Hutan lindung di Desa Dukuh telah mengalami serangkaian disturbansi alami, yang utama salah satunya adalah erupsi Gunung Agung di tahun 1963, disusul dengan beberapa kali kebakaran hutan hingga dekade terakhir. Setelah suksesi sekunder dan beberapa kali program program penghijauan yang dilakukan oleh pemerintah, vegetasi hutan lindung ini kini didominasi oleh pohon-pohon utama yang tergolong ke dalam tumbuhan perintis atau yang memang sesuai untuk tipe substrak dan iklim keras di area ini.
Beberapa fauna yang dapat dijumpai di kawasan hutan ini adalah Landak, Musang, Ayam Hutan, dan Kera. Tumbuhan utamanya antara lain Ampupu, Dadap, Sonokeling, Albizia, dan Kaliandra. Meskipun di beberapa tempat tutupan pohon telah lumayan rapat, banyak area lain di hutan lindung ini yang vegetasinya masih tersusun sebatas oleh rumput dan semak-semak rendah. Tipe vegetasi ini cukup rentan untuk dan atau terbakar ketika musim kering.
Letak geografisnya yang berada di ketinggian, dan di antara gunung dan laut juga dapat menjadikan kawasan hutan ini sebagai ekosistem yang vital untuk keseimbangan bentang alam darat dan laut setempat. Hutan yang sehat dengan tutupan pohon yang rapat sangat diperlukan untuk menjaga kawasan dengan kelerengan tinggi ini tidak mengalami erosi dan pengikisan tanah yang berlebihan saat musim hujan. Ini sangat penting, sebab tipe tanah lokal sangat miskin akan unsur hara. Run off yang terjadi akan semakin memperburuk kualitas tanah permukaan, yang akan berdampak memperlambat pertumbuhan hutan itu sendiri, dan mempersulit budidaya tanaman-tanaman perkebunan di area lahan penduduk.
Tidak hanya terbatas di darat, kondisi hutan lindung di Desa Dukuh juga akan mempengaruhi ekosistem terumbu karang di laut di tumur Bali yang berhadapan langsung dengannya. Tutupan pohon yang minim dapat menyebabkan tanah permukaan tergerus saat musim hujan, berujung pada masuknya lumpur dan sedimen lain ke laut. Sedimentasi dari darat diketahui berdampat negatif bagi terumbu karang. Ini adalah salah satu faktor pemicu pemutihan dan kematian karang. Menjaga ekosistem karang yang sehat jelas krusial tidak hanya bagi kepentingan alam laut setempat, namun juga bagi manusia yang menggantungkan penghidupan padanya.
Untuk menciptakan keseimbangan ekologi di kawasan ini, dalam bingkai konservasi Ridge to Reefs, Conservation International Indonesia sedang melakukan upaya reforestasi untuk area hutan di wilayah Dukuh yang masih minim tutupan pohonnya. Pendekatan yang digunakan dalam upaya ini adalah program Perhutanan Sosial. Seluas 754 ha area hutan ini akan diajukan agar dapat dikelola oleh desa sebagai Hutan Desa Dukuh. Reforestasi akan dilakukan dengan menanam pohon-pohon dengan fungsi ekologis seperti Beringin dan Bambu. Arena hutan dengan tutupan pohon yang sudah cukup rapat dan dengan panorama yang menarik, akan dikembangkan untuk tujuan pariwisata berkelanjutan. Ini juga diharapkan dapat menjadi tumpuan dalam membangun kesadaran masyarakat akan peran penting hutan bagi kehidupan di dalam dan sekitarnya.
Yuk mengenal lebih jauh tentang hutan lindung di Desa Dukuh lewat kegiatan “Hutan dan Gunung adalah Kita”. Daftar lewat link ini ya…