REDAKSIBALI.COM. Pembagian 510 bibit pohon cendana tersebut dilakukan sebagai bagian dari program “Nyegara Gunung” untuk reforestasi bentang alam Gunung Agung. Konsep Nyegara Gunung diambil sebagai bentuk wujud nyata kecintaan masyarakat Bali terhadap gunung dan laut. Reforestasi ini sangat penting, mengingat ketika hujan turun segala bentuk material berupa bebatuan dan pasir dapat hanyut ke dasar laut. Hal ini dapat merusak ekosistem laut terutama terumbu karang. Padahal terumbu karang di kawasan Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Karangasem sebagai nilai jual pariwisata diwilayah tersebut.
Manager Bali CI Indonesia, Made Iwan Dewantama menerangkan, program reforestasi ini dilakukan di Desa Tulamben dan Desa Dukuh. Kedua desa tersebut dipilih karena diapit oleh Gunung Agung dan laut. Melalui program ini, masyarakat nantinya akan mendapatkan beberapa keuntungan. Pertama, berupa perbaikan hasil pertanian yang selama ini dilakukan oleh masyarakat. Menurut Iwan, dengan adanya program reforestasi ini masyarakat yang sebagai petani akan didorong untuk beradaptasi terhadap perubahan alam sehingga dapat melakukan kegiatan pertaniannya dengan baik.
Selanjutnya, program reforestasi dapat menguntungkan dari segi kehutanan. Iwan mengatakan, selama ini petani yang mengutamakan usahatani jangka pendek harus ada tanaman yang menunjang tanah dalam jangka panjang. “Kalau hujan deras, hanyut sudah tanah disini karena disini tanahnya tipis. Tanah disini termasuk lahan kritis,” ujarnya. Oleh karena itu, tambah Iwan, pengelolaan di lahan kritis perlu upaya lebih keras agar pengelolaan lahan menjadi lebih baik.
Selain dari segi pertanian dan kehutanan, pengelolaan kawasan daratan akan dihubungkan dengan pariwisata. Iwan menilai, kondisi Desa Tulamben dan Desa Dukuh yang dekat dengan areal Gunung Agung memiliki nilai tambah sehingga sangat berpotensi untuk dikembangkan ke sektor pariwisata. “Bagaimana potensi wisata di darat dari lereng Gunung Agung sampai kebawah kita angkat untuk pariwisata. Makanya penting untuk (keberadaan) pohon-pohon itu semakin banyak, termasuk bikin gula aren dan bikin arak pun sebenarnya potensi buat turis melihat,” katanya.
Terakhir menurut Iwan, penting untuk dilihat dari sisi edukasi mengingat kedepan perlu dilakukan pengenalan terhadap generasi penerus sehingga mereka mengenali segala bentuk potensi yang dimiliki oleh desanya masing-masing.
Kasi Peningkatan dan Pengembangan Sumberdaya Pariwisata, Dinas Pariwisata Kabupaten Karangasem, Permana Wahyuni menerangkan, segala bentuk potensi pariwisata di laut sudah dikembangkan. Kali ini, menurutnya, pariwisata mulai dikembangkan diwilayah perhutanan untuk menyeimbangkan segara (laut) dan gunung. Sehingga dirinya mengaku telah meminta kepada CI Indonesia untuk melakukan pembangunan daya tarik wisata dari segi kehutanan. “Hutannya juga harus dibantu, didampingi,” katanya saat ikut menyalurkan bibit pohon di Desa Tulamben pada Rabu, (14/02).
Ia pun mengingatkan, Desa Tulamben sebagai salah satu daya tarik wisata kedepan akan sangat dimungkinkan ada beberapa program yang bisa dilaksanakan dari Kementerian Pariwisata seperti gerakan sadar wisata dan aksi sapta pesona. “Kegiatan sapta pesona bisanya berupa bersih-bersih dan penanaman bibit pohon biasanya dan pemberian bantuan untuk mewujudkan sapta pesona tersebut,” terangnya. Kedepan, sosialisasi mengenai program sadar wisata akan disosialisasikan ditingkat kecataman dan diimbangi dengan kegiatan lainnya. (sui)
Sumber : redaksibali.com