Home / Bali / Diskusi Santai Para Penggiat Kegiatan Selancar Menuju Pembentukan Asosiasi Selancar Badung

Diskusi Santai Para Penggiat Kegiatan Selancar Menuju Pembentukan Asosiasi Selancar Badung

Cover -0580 - 1“Jika berbicara potensi (yang dimiliki ASB jika nanti sudah terbentuk, red.) sangatlah banyak, apalagi jika bisa menjadi mitra utama pemerintah kabupaten, khususnya di bidang selancar. Namun, jika kita berbicara sekarang, janganlah kita berbicara mengenai manfaat pribadi apa yang bisa kita peroleh dari ASB, mari berbicara mengenai apa yang bisa kita lakukan dengan ASB secara sukarela,” tegas Piping.

Latar Belakang: Inisiatif Terkait dengan Upaya-upaya Perlindungan dan Pelestarian Kawasan Pesisir dan Laut Kabupaten Badung Melalui Kegiatan Selancar

Kabupaten Badung tidak dapat dipungkiri adalah wilayah yang paling ‘berkembang’ di Provinsi Bali, khususnya dalam konteks industri pariwisata. Berdasarkan statistik, Badung memiliki 33 obyek wisata resmi yang tersebar di tiga kecamatan, yang berdasarkan data tahun 2013 dikunjungi oleh hampir 3,2 juta wisatawan (Bali Tourism Board, 2014) mancanegara, sebuah peningkatan sebanyak hampir 40% dibandingkan dengan tahun 2009. Angka tersebut saja sudah memberikan semacam ‘pembenaran’ mengenai bagaimana sebenarnya pariwisata diselenggarakan di sebuah wilayah dengan luasan ‘hanya’ 418,52km2 yang berada di bawah yurisdiksi Pemerintah Kabupaten Badung.

Selain obyek-obyek wisata konvensional, Kabupaten Badung juga dikenal sebagai destinasi bertaraf internasional bagi para wisatawan/peselancar dari berbagai belahan dunia. Kabupaten Badung, yang secara geografis dapat dikatakan unik, memiliki setidak-tidaknya 25 titik selancar yang lazim diketahui oleh para penggiat ‘ombak’ ini, termasuk Uluwatu yang ikonik. Didokumentasikan secara komersil pertama kalinya melalui sebuah film dokumenter bertajuk “Morning of the Earth” (Albert Falzon, 1972), Uluwatu kini diakui sebagai salah satu titik selancar terbaik di dunia. Sebuah penelitian terkini, yang berfokus di Pantai Suluban dan Padang-padang, menyatakan bahwa areal tersebut menghasilkan setidak-tidaknya US$35,5 juta dari kunjungan sekitar 245.563 wisatawan setiap tahunnya (Margules et al., 2014).

Proses pembentukan KKP di Kabupaten Badung sendiri telah dimulai semenjak tahun 2011, dan sekarang Kelompok Kerja (Pokja) KKP-nya sedang berupaya untuk mencapai Tahap Pencadangan dari kawasan lindung yang diusulkan –yang nantinya akan disahkan melalui sebuah Surat Keputusan Bupati. Bersamaan dengan proses pembentukan KKP Kabupaten Badung, sebuah Pokja yang bertujuan untuk menyusun Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP-3-K, atau sederhananya: Rencana Tata Ruang Wilayah Laut) telah dibentuk, dimana “Sub-zona Surfing” yang merupakan bagian dari KKP telah diusulkan dalam rancangan Rencana Tata Ruang Wilayah Laut Kabupaten Badung. Hal tersebut menandakan terbukanya kesempatan untuk ‘memasukkan’ dan mendirikan Kawasan Lindung Selancar atau Surf Reserves di Kabupaten Badung berikut dengan rencana pengelolaan yang dirumuskan oleh para pemangku kepentingan; terutama para Peselancar dan Penggiat Selancar Lokal.

RZWP-3-K Kabupaten Badung - Combined Resized

Gambar 1. Peta Usulan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP-3-K) Kabupaten Badung

RZWP-3-K Kabupaten Badung - Combined ResizedInisiatif lainnya terkait dengan aktivitas selancar di Kabupaten Badung adalah proposal yang diajukan oleh Project Clean Uluwatu atau PCU (sebuah LSM lokal yang berbasis di Pantai Suluban) kepada World Surfing Reserve (WSR), yang dengan segera disetujui sebagai kandidat oleh Dewan Visi (Vision Council) WSR pada Oktober 2013 lalu.

Dengan semua ‘pergerakan’ terkait dengan upaya-upaya perlindungan dan pelestarian sumberdaya pesisir dan laut di Kabupaten Badung (yang tentunya akan berdampak langsung kepada peselancar, aktivitas selancar dan aktivitas terkait lainnya), salah satu ‘kepingan puzzle’ yang teramat penting adalah terkait dengan pembentukan sebuah wadah kolektif yang dibentuk dan digerakkan oleh para peselancar dan penggiat selancar lokal yang, selain mampu berperan sebagai medium untuk berkomunikasi dan berkonsolidasi, namun juga mampu untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas (organisasi) dari sebanyak mungkin anggota komunitas selancar di Kabupaten Badung. Lebih jauh, ‘wadah’ tersebut juga diharapkan mampu untuk memfasilitasi kepentingan yang berbeda-beda dari para Pihak (baca: Pemangku Kepentingan) yang terkait dengan aktivitas selancar di Badung; termasuk pemerintah dan juga industri selancar. Sebuah wacana untuk mendirikan ‘wadah’ tersebut –atau untuk sementara ini dapat disebut dengan nama Asosiasi Selancar Badung, telah digulirkan semenjak pertengahan tahun 2013 lalu.

Upaya-upaya sebagaimana dijabarkan di atas, dimana kesemuanya bergerak secara paralel, dan mengingat kompleksitas yang dihadapi oleh masing-masing inisiatif tersebut, maka sangatlah bagi semua pihak untuk ‘mengawal’ proses tersebut. Pembentukan Asosiasi Selancar Badung merupakan langkah awal yang teramat penting untuk memastikan agar Kawasan Lindung Selancar menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembentukan KKP Kabupaten Badung, dan yang tak kalah penting: untuk memastikan bahwa aspirasi dari para peselancar maupun penggiat selancar lokal terkait dengan proses pembentukan tersebut telah terwakili melalui ‘wadah’ kolektif yang akan dibentuk, apapun namanya nanti.

Jalannya Kegiatan

Pada hari Sabtu (1 November 2014), sebanyak lebih dari 20 penggiat kegiatan selancar di Kabupaten Badung memadati Karma Beach Bar yang berlokasi tepat di pinggir pantai Double Six, Seminyak. Individu-individu yang berkumpul menjelang matahari terbenam tersebut berasal dari beragam latar belakang: perwakilan dari klub-klub selancar; pemilik usaha industri selancar seperti sekolah selancar, pengrajin papan selancar hingga kepada produsen produk-produk selancar lainnya; pemilik media massa berbasis komunitas, dan tentunya; para penggiat selancar dalam kapasitasnya sebagai pribadi. Kehadiran para ‘penggila ombak’ tersebut ‘sayangnya’ bukan untuk berselancar, mereka bermaksud untuk menghadiri kegiatan bertajuk “Diskusi Santai Terkait Dengan Wacana Pembentukan Asosiasi Selancar Badung (Badung Surfing Association).”

Cover -0580 - 1

Dalam suasana yang ‘teramat’ santai, Kegiatan dibuka oleh Bagus Made Irawan (Piping), pendiri sekaligus pemilik Magic Wave – Surf Community Magazine, “Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi langkah awal yang kongkrit menuju terbentuknya Asosiasi Selancar Badung, sebuah perkumpulan para peselancar maupun klub selancar dalam skala yang lebih luas (dari klub berbasis titik selancar, red.), yang wacananya sudah dibahas secara lebih intensif di kalangan peselancar lokal semenjak awal tahun 2014.” Piping selanjutnya mempersilahkan I Made Iwan Dewantama (Iwan) dari Conservation International (CI) Indonesia untuk menanggapi pembukaan-nya tersebut. “Keberadaan dari sebuah asosiasi selancar di Kabupaten Badung, jika nanti telah terbentuk, akan memiliki nilai yang sangat strategis, terutama dalam konteks hubungan kemitraan dengan Pemerintah Kabupaten maupun pemangku kepentingan lainnya di bidang selancar,” tutur Iwan.

Setelah pembukaan oleh Piping dan Iwan, diskusi yang melibatkan hampir semua peserta mengalir secara spontan dan mengerucut kepada beberapa topik bahasan, yang secara garis besar meliputi: 1) Pembahasan yang lebih mendalam terkait dengan ASB, khususnya bagi para peserta Kegiatan yang belum memahami sepenuhnya inisiatif ini; 2) Dengan berkembangnya pemahaman tersebut, sudah mulai terbentuk perspektif maupun persepsi kolektif terkait dengan pembentukan dan potensi yang dapat digarap melalui ASB ini, khususnya kebutuhan yang paling mendesak mengenai kepengurusan ASB, dan; 3) Potensi rencana tindak lanjut setelah Kegiatan ini.

“Banyak cerita mengenai peselancar (yang tadinya, red.) disponsori oleh sebuah brand, lalu nasibnya menjadi tidak jelas ketika mengalami pemutusan (kontrak, red.) secara sepihak. Hal ini sudah terlampau sering kita dengar, dan sayangnya tidak ada sebuah organisasi mitra yang cukup kuat untuk mengayomi dan membantu mereka (dalam mengantisipasinya, red.),” ungkap Piping. Seorang pengusaha sekaligus pengrajin papan selancar bermerek Bet Surfboards, M. Hafi AM. (Hafi), mengungkapkan kekuatirannya, “Pengrajin papan selancar banyak mengeluh; sulit mencari bahan baku yang berkualitas yang dapat meningkatkan kualitas produksi di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat. Saya berharap kita dapat membentuk semacam Koperasi Produksi yang dapat memfasilitasi industri selancar lokal untuk mengembangkan usahanya.” Kekuatiran Hafi tersebut juga menyiratkan sebuah aspirasi bahwasanya ASB memiliki potensi lain yang dapat digarap selain hal-hal yang berkaitan langsung dengan peselancar maupun kegiatan selancar itu sendiri.

Cover -0630 - 1

“Jika berbicara potensi (yang dimiliki ASB jika nanti sudah terbentuk, red.), tentunya sangatlah banyak, apalagi jika nanti bisa menjadi mitra utama pemerintah kabupaten di bidang selancar. Namun, jika kita berbicara sekarang, janganlah kita berbicara mengenai manfaat pribadi apa yang bisa kita peroleh dari ASB, mari berbicara mengenai apa yang bisa kita lakukan dengan ASB secara sukarela,” tegas Piping. Pendapat Piping ini segera ditimpali oleh Nikka Amandra Gunadharma (Nikka) dari CI Indonesia, “Sebagai sebuah inisiatif, tentunya ASB membutuhkan individu-individu untuk menggarapnya. Sebetulnya (pengurus, ed.) tidak mesti sekumpulan orang yang sudah berpengalaman, karena biar bagaimanapun kita semua di sini masih sama-sama belajar. Jadi, menurut saya pribadi ASB hanya membutuhkan individu-individu yang bersedia untuk meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya.”

Hasil Kegiatan

Setelah topik mengenai mendesaknya kebutuhan akan kepengurusan ASB dilontarkan di tengah-tengah diskusi, sejumlah nama yang hadir dalam Kegiatan diusulkan dan segera ditanya mengenai kesediaannya untuk terlibat dalam kepengurusan awal menuju pembentukan Asosiasi Selancar Badung. “Saya pribadi sangat ingin terlibat dalam (proses, red.) pembentukan ASB ini karena bertujuan agar surfing di Badung lebih maju lagi. Namun biar bagaimanapun para (kandidat, red.) Pengurus nanti tentunya tetap membutuhkan bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Intinya, kita sama-sama belajar dan berkembang,” ujar I Gagus ‘Kocik’ Sandyasa, seorang peselancar yang juga pengusaha dari Pantai Berawa.

Cover -0605 - 1

Melalui proses diskusi yang cukup cair, sebanyak sembilan individu yang hadir dalam kegiatan Sabtu lalu menyatakan kesediaannya untuk terlibat dalam kepengurusan awal yang bertujuan untuk membentuk ASB. Dan seiring dengan bersedianya individu-individu tersebut untuk mengerjakan pembentukan sebuah entitas kolektif berskala regional atau kabupaten, maka jalannya Kegiatan mulai mengerucut kepada rencana tindak lanjut dari kepengurusan awal tersebut.

Beberapa rencana dari Kepengurusan Awal ASB dalam waktu dekat ini antara lain berkaitan dengan pembahasan awal mengenai bentuk dan struktur organisasi, termasuk mengenai rencana penyusunan Anggaran Dasar Anggaran dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART). Selain itu, Kepengurusan Awal ini juga akan membahas kemungkinan untuk mengadakan kegiatan dengan skala lebih luas untuk mengukuhkan kepengurusan dan pembentukan ASB –terutama jika kerja-kerja terkait yang diperlukan sudah terselesaikan, dengan mengundang Pemerintah Kabupaten Badung melalui dinas yang terkait, Indonesian Surfing Association (INSA), pemangku kepentingan lainnya, klub-klub selancar, dan tentunya: peselancar dan penggiat selancar Badung.

Satu lagi langkah yang kongkrit telah dilakukan untuk menopang langkah-langkah selanjutnya, yang pastinya patut kita dukung juga. Surfs up, Buddies!

Komentar

Komentar

x

Check Also

(English) Ocean20: A New Self-Funded Marine Resource Management Framework

Halaman tidak ditemukan. For the sake of viewer convenience, the content is shown below in the alternative language. You may click the link to switch the active language. Initiative launched at O20 summit with up to USD $1.5 million funding commitment from Green Climate Fund to develop Blue Halo S ...

Powered by Dragonballsuper Youtube Download animeshow