Bali, 30 Oktober 2018 – Pemerintah Daerah Provinsi Bali dan Conservation International-Indonesia (CI Indonesia) hari ini meluncurkan Indeks Kesehatan Laut Bali atau Ocean Health Index (OHI)+ untuk Kawasan laut di Bali. OHI Bali merupakan pilot project tingkat provinsi yang pertama kali diluncurkan di Indonesia. Tanda plus di belakang OHI menunjukkan bahwa OHI merupakan kolaborasi berbagai lembaga dan memperhatikan kondisi lokal yang ada di Bali.
Beberapa pertimbangan pelaksanaan OHI+ di Bali antara lain ketergantungan masyarakat Bali yang tinggi terhadap laut, dengan adanya konsep Nyegara Gunung, adanya Subak sejak tahun 1072 Masehi, adanya Perda tentang Bendega (nelayan) yaitu Perda No.11/2017. Tim pengukuran OHI+ Bali terdiri dari 13 lembaga baik pemerintah, LSM, maupun universitas mulai bekerja sejak tahun 2016 dan telah dikukuhkan sebagai Tim Teknis melalui Keputusan Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Pesisir dan Laut No.53/BALITBANG KP.2/XII/2016.
Seluruh tim menghimpun dan menyiapkan data time series (berlanjut) yang dibutuhkan untuk menyusun OHI+, dimana minimun data yang dibutuhkan adalah selama 5 tahun terakhir. Terdapat 10 sasaran sebagai sebagai parameter pengukuran, namun hanya 9 yang dipakai di Bali. Kesembilan sasaran itu adalah Turisme dan Rekreasi, Perikanan Tradisional, Keanekaragaman Hayati, Penyimpanan Karbon, Perlindungan Pantai, Penyediaan Pangan, Kepekaan Ruang, Produk Alami, dan Perairan Bersih. Sedangkan satu parameter yaitu Ekonomi dan Mata Pencaharian, menurut Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Bali Ir. Made Gunaja, M.Si, belum dapat dihitung karena masih membutuhkan lebih banyak data pendukung. Sembilan parameter pengukuran itu juga menunjukkan adanya kerjasama dari berbagai lembaga yang turut menyediakan data, diantaranya pariwisata, kelautan dan perikanan, tenaga kerja, dinas pendapatan daerah, perdagangan, dan lain-lain.
Gunaja juga mengumumkan bahwa nilai total OHI+ Bali adalah 51 atau kategori sedang dari nilai total maksimal 100. Gunaja juga menjelaskan tantangan terberat dalam penyusunan OHI+ Bali adalah komunikasi dan koordinasi antar lembaga di seluruh provinsi Bali dalam penyediaan data time series.”Kami berharap ada komunikasi dan sosialisasi yang lebih baik pada kesempatan yang akan dating, sehingga kita bisa mengumpulkan seluruh data OHI, dan seluruh instansi mengetahui arti penting OHI ini.”
Dari sembilan parameter yang diukur, ada yang diproyeksikan akan memiliki nilai menurun, tetap dan meningkat. Parameter Penyimpanan Karbon menunjukkan kecenderungan tetap, sedangkan Keanekaragamanan Hayati dan Perikanan Tradisional memiliki kecenderungan menurun. Tetapi enam parameter lain diproyeksikan meningkat.
Pada kesempatan yang sama Kepala Balai Riset dan Observasi Laut, Kementerian Perikanan dan Kelautan I Nyoman Radiartha M.Sc mengatakan, “ Kami tidak bisa sepenuhnya mengadopsi OHI Global karena adanya perbedaan karakteristik yang unik pada tingkat lokal, yang berimplikasi pada data yang ada.” Sedangkan Manager CI Pulau Bali I Made Iwan Dewantama mengungkapkan, “Hasil riset ini adalah alat yang baik untuk mengelola laut di Bali, datanya komprehensif dan dapat dipertanggungjawabkan.”
Nilai OHI+ Bali pada sembilan parameter adalah sebagai berikut: Turisme dan Rekreasi (46), Perikanan Tradisional (37), Keanekaragaman Hayati (94), Penyimpanan Karbon (24), Perlindungan Pantai (35). Penyediaan Pangan (59), Kepekaan Ruang (40), Produk Alami (40), dan Perairan Bersih (79).