Kegiatan mengambil serat Gebang dan memproduksi Gembrang menghasilkan sampah sisa berupa jaringan-jaringan daun tanpa serat di Dusun Bahel, Desa Dukuh. Sampah sisa ini biasanya dimanfaatkan oleh warga sebagai pupuk kompos untuk menyuburkan tanah di sekitar pohon-pohon mete. Prosesnya hanya dibiarkan begitu saja, mengering dan membusuk tanpa perlakuan tambahan.
Perlakuan tambahan untuk bahan organik seperti sisa-sisa daun gebang yang telah diambil seratnya ini, apabila dilakukan dengan benar dapat memperkaya kandungan nutrisi dari kompos yang dihasilkan. Kandungan nutrisi kompos ini penting untuk dioptimalkan mengingat kondisi lahan-lahan perkebunan lokal yang cenderung kering dan tandus. Keterampilan petani lokal dalam mengelola sisa daun Gebang menjadi kompos yang baik, akan memberikan nilai tambah dalam pengelolaan lahan kritis di area ini.
Pelatihan pembuatan kompos untuk Kelompok Tani Darma Kerti dilaksanakan melalui kolaborasi dengan Jejaring Pemerhati Lingkungan (JEPRI-LINK) Desa Tejakula akhir Maret lalu. Materi yang disampaikan kepada anggota kelompok tani diantaranya mengenai konsep dasar komposting, cara penyiapan mikroorganisme komposter, jenis-jenis sampah untuk kompos, aplikasi produk untuk tanaman budidaya, sekaligus tata cara penggunaan komposter yang telah disediakan. Tim JEPRI-LINK juga memaparkan kegiatan untuk lingkungan yang mereka lakukan di Tejakula, mulai dari pengelolaan sampah plastik hingga mendorong pertanian organik, yang diharapkan dapat mendorong lahirnya kepedulian serupa di Desa Dukuh.
Dalam kesempatan ini CI Indonesia menyediakan 15 komposter untuk anggota Kelompok Tani Darma Kerti. Kapasitas dalam mengolah sampah organik menjadi kompos sangat penting untuk mendukung pengelolaan lahan perkebunan yang berkelanjutan, demi kebaikan bentang alam di kaki timur Gunung Agung, yang juga esensial untuk kelestarian terumbu karang di laut Tulamben.