Home / Bali / Rompi Anti Peluru, Saatnya Yang Muda Berkarya

Rompi Anti Peluru, Saatnya Yang Muda Berkarya

Di era globalisasi, tindak kriminalitas semakin menjadi-jadi. Persenjataan dan alat pelindung diri menjadi pusat perhatian di dalam dunia militer dan kepolisian. Namun di sudut lain tak sedikit dari generasi muda mulai melek dengan kehidupan di masa millenial ini. Seperti yang dilakoni enam anak muda SMAN 3 Denpasar ini. Mentari pagi menyambut gerak langkah dua anak muda yang berjalan menyusuri jalan setapak dihadapannya. Jarum jam telah menunjukan masanya, tepat arah jarum panjang yang menunjuk pada angka duabelas dan jarum pendek yang mengacu pada angka 8. Langit biru menjadi saksi bisu perjuangan yang tiada hentinya, hingga menghantarkan kedua anak muda ini pada salah satu tempat dari awal perjalanannya hari ini. Sebuah gedung dengan nuansa sederhana disertai sambutan hangat dari seekor anjing penjaga menambah rasa semangat yang membara kedua pemuda dan pemudi ini melangsungkan perjalanannya. Perjalanan pun berlanjut menggunakan kendaraan yang berbeda dari sebelumnya, susuran jalan dan indah pemandangan membius mata mereka hingga tak sadarkan diri. Kini tibalah mereka pada satu kawasan yang tepat berada pada kaki gunung maha agung di bali. Setelah sekian lama mengelilingi kawasa yang didominasi oleh pohon mete itu, akhirnya sampai juga pada tempat tujuan. Sekumpulan para kelompok tani menyambut hangat dua anak muda yang hendak mebawakan suatu inovasi baru yang mereka buat dengan empat anggota lainnya. Kini saatnya yang muda berani berkarya. “ Selamat siang, bapak dan ibu. Saya anjany dan teman saya maesha kami perwakilan dari SMAN 3 Denpasar yang akan membawakan produk hasil penelitian kami rompi anti peluru dari serat sisal tanaman gebang dengan kombinasi batang daun bambu,” papar salah satu gadis dengan ramahnya. Sang mentari mulai beranjak ke atas ubun-ubun kepala, namun desiran angin mendominasi suasana di siang itu. Kesejukan menemani rangkaian diskusi singkat mengenai beberapa topik yang sederhana namun berdamapk besar dikemudian hari. Made Iwan Dewantama selaku Manager Program Bali Conservation International Indonesia pun ikut serta dalam diskusi hangat yang dilaksanakan pada hari jumat, 25 Januari 2019 di balai kelompok tani gebang desa Dukuh, Karangasem Bali. Antusias para kelompok tani menjadi penambah semangat dua anak muda yang ingin berkarya dan mengabdi untuk pulau dewata tercinta. “Jadi, proses kerja rompi anti peluru ini adalah peluru akan mengenai bagian depan atau lapisan kain terluar dari rompi ini, dan akan terjaring di dalam serat sisal tanaman gebang yang ibu dan bapak telah budidayakan disini. Serat sisal ini harus dijalin agar menjadi rapat untuk menangkal peluru yang ditembakan,” ungkap Maesha yang juga merupakan salah satu anak muda yang mempresentasikan inovasinya bersama Anjany. Rompi anti peluru yang mereka bawakan ini merupakan inovasi sekaligus gebrakan baru dalam pemanfaatan serat sisal dari tanaman gebang yang ada di desa Dukuh Karangsem Bali. Tanaman ini langka, dan hanya hidup di bagian tanah berpasir seperti di kawasan desa dukuh ini. inovasi inipun tercetus lantaran salah satu siswi SMAN 3 Denpasar yaitu Ni Luh Putu Anjany Putri Suryaningsih yang akrab disapa Anjany ini berkesempatan untuk melakukan liputan mendalam mengenai program Nyegara Gunung oleh Conservation International Program Bali, Indonesia. Dengan hal itu, menjadi daya tarik anak muda yang beranggotakan Kadek Dwika Wahyudinata, Ida Bagus Krtin Wittaka, I Gusti Bagus Angga Surya Dharma, Made Bagus Krishna Wiranatha, Nyoman Maesha Brahmanda, dan juga Anjany ini memulai penelitiannya. Disisi lain penilaian terhadap maraknya kasus kriminalitas di era ini, menjadi momok menakutkan yang perlu dijaga keamanannya. Hal ini juga yang melatarbelakangi adanya pembuatan rompi anti peluru. Secara ilmiah dijelaskan bahwa prinsip kerja rompi anti peluru adalah dengan mengurangi sebanyak mungkin lontaran energi kinetik peluru dengan cara menggunakan lapisan-lapisan serat untuk menyerap energi laju tersebut dan memecahnya ke penampang rompi yang luas sehingga energi tersebut tidak cukup lagi untuk membuat peluru dapat menembus rompi (Basuki 2014). Hal tersebut tidak terlepas dari bahan rompi anti peluru. Material yang umum digunakan sebagai bahan rompi anti peluru diantaranya serat aramid, spider silk, CNT (Carbon Nano Tube), Keramik, dan Vestran (Anhar, 2017) Rompi anti peluru memiliki kriteria memberikan kekebalan bagi pemakai terhadap senjata tajam dan tembakan, ringan, enak dipakai dan tidak mengganggu gerakan, tahan terhadap segala cuaca dan tidak mudah sobek (Gustami, 2014). Sehingga material yang umum sebagai bahan anti peluru perlu memenuhi kriteria tersebut. Serat aramid yang merupakan bahan umum pembuatan rompi anti peluru memiliki sifat ramid memiliki struktur yang kuat, alot, memiliki sifat peredam yang bagus (vibration damping), tahan terhadap asam dan basa , selain itu dapat menahan panas hingga 370°C (Basuki, 2014). Hanya saja material Kevlar sulit di dapat dipasaran sehingga Indonesia harus mengimpor dari negara Belanda dan Korea Selatan sehingga harganya cenderung mahal (Klemens, 2009). Material keramik yang juga umum digunakan sebagai kombinasi komponen rompi anti peluru yang umum berbahan dasar Silicon Karbida dengan sifat kuat dan kokoh sehingga mampu menahan tumbukan (Klemens, 2009). Hanya saja keramik memiliki sifat menyerap air sehingga kemampuan mekaniknya dapat menurun (Fujiani, 2006). Sehingga untuk menghasilkan material anti peluru yang paling baik dan efisien terus dilakukan pengembangan salah satunya dengan material organic. Salah satu contoh material organik adalah selulosa. Selulosa merupakan zat yang bersumber dari serat tanaman dengan sifat tidak larut dalam asam, basa, dan air serta terbentuk dari ikatan molekul kuat sehingga dapat meregang dan menahan gaya (Ganda, 2011) sifat tersebut merupakan sifat yang juga diperlukan sebagai syarat material rompi anti peluru. Tanaman sisal (Agave sisalana) adalah contoh tanaman yang kaya akan kandungan selulosa. Serat dari tanaman sisal mengandung 78% selulosa, 8% lignin, 10% hemiselulosa, 2% wax dan 1% ash (Waikambo, 2002)

Pohon sisal/gebang yang tumbuh di lahan gebang Dusun Bahel, Desa Dukuh

Adapun Silikon karbida yang merupakan material pembentuk keramik sebagai rompi anti peluru cenderung kuat dan kokoh sehingga mampu menahan tumbukan balistik. Silikon karbida dapat dibentuk dari ikatan antara silika dan karbon (Darmanik, 2013). Batang bamboo merupakan bagian dari tumbuhan bamboo yang mengandung 1,78 % silika dan 3,77 % karbon dan 53,6 % selulosa dalam batangya (Widya, 2006). Silika dan karbon merupakan dua komponen senyawa pembentuk silicon karbida sebagai bahan dasar keramik anti peluru. Dari material-material tersebut terdapat kemiripan sifat baik secara fisika maupun secara kimia antara bahan yang bersumber dari alam dengan material yang umum digunakan sebagai bahan anti peluru. Dari hal tersebut, peneliti tertarik untuk membuat pemanfaatan kombinasi tanaman sisal (Agave sisalana) dan batang bambu (Gigantochloa apus) sebagai bahan dasar pembuatan material rompi anti peluru. Hal ini mungkin menjadi rangkuman umum latar belakang dan pembahasan singkat dari Rompi anti peluru yang dibuat oleh generasi muda bali, dan ini sudah diuji coba dengan peluru 9 mm, di Perbakin (Persatuan Penembak Indonesia) di daerah Kesiman Denpasar Bali. Rompi ini juga telah mengikuti persyaratan yang dikeluarkan oleh PT. PINDAD yang mengurusi masalah tersebut. Kini mulailah untuk yang muda berkarya, dan mulai peduli dengan kehidupan di era globalisasi saat ini. Jika ini sampai pada tahapan produksi, maka selain membantu keamanan negara juga mampu meningkatkan perekonomian masyarakat desa Dukuh. Tak hanya itu, masyarakat juga akan tersentuh untuk mulai mencintai tempat pijakannya. Secara tidak langsung juga akan membantu kelestarian alam di kawasan kaki Gunung Agung. Maka program Nyegara Gunung (Pelestarian lingkungan dari Hulu ke Hilir) berjalan secara baik. Inilah yang menjadi harapan dari segala pihak, semoga bisa terealisasikan untuk kedepannya.

Oleh : Anjany (SMA Negeri 3 Denpasar)

Komentar

Komentar

x

Check Also

(English) Ocean20: A New Self-Funded Marine Resource Management Framework

Halaman tidak ditemukan. For the sake of viewer convenience, the content is shown below in the alternative language. You may click the link to switch the active language. Initiative launched at O20 summit with up to USD $1.5 million funding commitment from Green Climate Fund to develop Blue Halo S ...

Powered by Dragonballsuper Youtube Download animeshow