Amed sejak jaman dahulu sudah terkenal karena keindahannya. Kata Amed terdiri dari dua suku kata yaitu A dan med. A berati tidak sedangkan med berarti bosan. Jadi kata Amed berarti tidak membosankan dengan kata lain sangat menyenangkan. Apalagi setelah penjajah Belanda membangun pelabuhan internasional di Amed, kapal-kapal dari seluruh penjuru nusantara bahkan dari Singapura , Hongkong, dan lain-lain berdatangan ke Amed. Nama Amed semakin terkenal di nusantara bahkan di mancanegara. Entah apa yang menyebabkan Pelabuhan Amed akhirnya mati tanpa bekas. Hanya areal bea cukai masih dapat dijumpai di Amed.

Pantai Amed yang indah sangat disucikan oleh masyarakat. Setiap ada upacara Dewa Yadnya dijadikan tempat melasti ngiring Ida Betara mesucian bagi umat Hindu di sekitar Kecamatan Abang. Masyarakat Hindu di sekitar Kecamatan Abang yang melaksanakan Upacara Ngaben menjadikan Pantai Amed sebagai tempat untuk menghanyutkan abu hasil pembakaran mayat. Pada setiap hari Kajeng Kliwon, Pantai Amed dipadati oleh masyarakat untuk melukat . Melukat merupakan pembersihan diri secara sekala dan niskala. Penduduk Amed dan sekitarnya memanfaatkan keberadaan laut dengan menjadi nelayan dan mengolah pesisir pantai dengan menjadi petani garam.