Desa Bunutan terdiri dari 10 banjar dinas yakni Banjar Dinas Sega, Banjar Dinas Gulinten, Banjar Dinas Cangwang, Banjar Dinas Bangle, Banjar Dinas Bunutan, Banjar Dinas Lean, Banjar Dinas Banyuning, Banjar Dinas Aas, Banjar Dinas Batukeseni dan Banjar Dinas Kusambi. Desa Bunutan terbagi menjadi 2 Desa Pakraman atau Desa Adat yakni Desa Pakraman Sega dan Desa Pakraman Gulinten.
Kondisi medan di lapangan sangat berat, karena sebagian besar wilayahnya terdiri dari perbukitan dan juga berbatasan dengan hutan negara. Sehingga tim harus membutuhkan persiapan yang maksimal demi menaklukan medan yang ada terutama kesiapan fisik dan logistik.
Di setiap perjalanan tim didampingi oleh perwakilan dari desa-desa penyanding baik perangkat desa maupun warga yang mengetahui batas desa. Hal pemetaan nantinya diharapkan bisa dipertanggungjawabkan keakuratannya. Misalnya batas desa yang ada di wilayah antara Banjar Dinas Sega dengan Desa Pakraman Purwayu. Disana dari dulu sudah ditetapkan batas desa dengan mengacu pada istilah “Labuhan Yeh”. “Labuhan Yeh” yang artinya jatuhan air.
Jika jatuhan air jatuh ke timur maka daerah tersebut menjadi wilayah Desa Bunutan. Sedangkan jika jatuhan air mengalir ke barat maka daerah tersebut menjadi wilayah dari Desa Pakraman Purwayu. Daerah tersebut dibatasi oleh sebuah bukit tinggi yaitu Bukit Lempuyang. Hal ini sudah tercantum dalam Awig-Awig Desa yang disebut dengan “Pemunder” yang dimiliki oleh Desa Pakraman Purwayu.
Selama kegiatan ini berlangsung, tim melewati banyak rintangan mulai dari faktor cuaca, medan dan juga sistem komunikasi. Kebetulan saat pemetaan berlangsung sedang dalam pertengahan musim hujan. Jadi kegiatan turun lapang yang sudah terjadwal mulai tanggal 2-22 Desember 2016 malah molor akibat cuaca yang tidak bersahabat. Bahkan tim yang sedianya membawakan konsumsi bagi tim lain yang sudah berangkat duluan terjebak banjir. Alhasil tim tersebut menderita kelaparan di tengah hutan dan dengan keadaan basah kuyup karena diguyur hujan. Namun mereka tetap semangat melanjutkan perjalan munyusuri batas desa demi mengambil titik koordinat. Sesekali mereka mengabadikan momen yang ada dengan melakukan foto selfie maupun mengambil video dengan kamera handphone masing-masing.
Seperti misalnya saat tim sedang menyusuri batas desa di wilayah Banjar Dinas Gulinten. Jalan yang dilalui merupakan sebuah sungai, kadang tim melakukan candaan seperti main perosotan untuk menghibur diri dari rasa lelah dan dahaga serta kedinginan akibat diguyur hujan. Bahkan ada juga tim yang sampai tepar di tengah perjalanan karena mengalami kelelahan naik turun bukit dari pagi hingga sore. Namun kadang semua lelah itu terbayarkan dengan keindahan pemandangan alam yang sering kita jumpai dalam perjalanan, sambil tak lupa juga mengambil titik koordinat.
Perjalanan tim terus berlanjut sampai mengelilingi semua batas luar dari desa Bunutan. Tersambung dalam pengambilan titik koordinat sesuai tapal batas yang sudah ada. Setelah data terkumpul semua, maka pengolahan dan pembuatan peta diambil alih kembali oleh pihak Conservation International Indonesia. Tanggal 10 Mei 2017 peta pun disahkan serta diserahterimakan oleh tim kepada Perbekel Desa Bunutan dengan disaksikan oleh perwakilan dari masing-masing desa penyanding.
Demikianlah suka duka perjalanan Tim SIDESI Bunutan dalam menyusuri batas desa demi mengambil titik-titik koordinat hingga terbentuknya sebuah peta yang dinamakan dengan peta partisipatif. Nantinya diharapkan mampu membantu dalam memetakan rencana pembangunan desa kedepan.
Ditulis oleh : Nesa Wijaya (Tim SIDESI Bunutan)